Tautan-tautan Akses

Mahasiswa Thailand Menentang Dekrit Darurat di Pengadilan


Pendukung pro demokrasi berkumpul di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: AP)
Pendukung pro demokrasi berkumpul di Victory Monument di Bangkok, Thailand, Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: AP)

Pihak berwenang Thailand menyeret dua pimpinan kunci gerakan protes mahasiswa di negara itu ke pengadilan pada hari Rabu (21/10). Mereka mencoba memperpanjang penahanan mereka, setelah menangkap kembali mereka pada hari sebelumnya begitu mereka dikeluarkan dengan jaminan.

Parit "Penguin" Chiwarak dan Panusaya "Rung" Sithijirawattanakul awalnya ditahan dalam percobaan demonstrasi di luar kantor perdana menteri pada 14 Oktober malam.

Selagi mobil penjara memasuki kompleks Pusat Pengadilan Kriminal di Bangkok, Penguin membuka jendela, memberi hormat tiga jari - simbol pembangkangan demonstran - dan berteriak "pengadilan harus berpihak pada rakyat!"

Pada saat yang sama enam mahasiswa menggugat dekrit pemerintah pekan lalu tentang keadaan darurat di Pengadilan Sipil. Seorang mahasiswa hukum, usia 20 tahun, mengatakan bahwa mereka meminta pencabutan sementara dekrit itu sampai keputusan penuh dapat dibuat.

Dekrit tersebut memberlakukan pembatasan baru termasuk melarang pertemuan politik yang dihadiri lima orang atau lebih.

Sehari setelah dekrit dikeluarkan, polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstrasi damai ribuan pemuda di persimpangan jalan di Bangkok.

Para mahasiswa, yang membacakan petisi mereka ke media dalam bahasa Thailand, Inggris dan Jerman, mengatakan pembubaran tersebut gagal memenuhi standar internasional. Mereka mengatakan keputusan itu digunakan sebagai alat hukum untuk membatasi hak berkumpul dan secara tidak adil melanggar hak dan kebebasan orang tanpa menghormati konstitusi.

Gerakan protes mahasiswa itu menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, penyusunan konstitusi baru, dan yang paling eksplosif, reformasi monarki yang berkuasa. [ka/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG