Tautan-tautan Akses

5 Juta Anak-Anak Menggunakan Facebook


Facebook mengalami kesulitan menyaring anak-anak dari situsnya. (Foto: Dok)
Facebook mengalami kesulitan menyaring anak-anak dari situsnya. (Foto: Dok)

Sebanyak 5,6 juta pengguna Facebook adalah anak-anak, yang menarik pengiklan untuk menyasar kelompok umur tersebut meski dilarang undang-undang.

Diperkirakan sekitar 5,6 juta klien Facebook, atau 3,5 persen dari penggunanya di Amerika Serikat, adalah anak-anak, yang menurut perusahaan tersebut sebetulnya dilarang menggunakan situs tersebut.

Facebook dan banyak situs lain melarang anak-anak berusia di bawah 13 tahun karena Aksi Perlindungan Privasi Daring Anak-Anak (COPPA) mewajibkan semua laman memberikan perlakuan khusus untuk anak-anak berusia 12 tahun ke bawah.

Undang-undang tersebut bertujuan menghentikan para pemasar menggali informasi pribadi anak-anak atau menggunakan data mereka untuk beriklan. Semua situs wajib mendapatkan ijin orangtua sebelum membolehkan anak-anak masuk, dan harus mengambil langkah untuk melindungi privasi.

Facebook menyangkal bahwa upaya mereka untuk memblok anak-anak tidak berhasil.
Masalah ini menjadi relevan kembali karena Komisi Perdagangan Federal (FTC) telah menyelesaikan peraturan yang membatasi perusahaan dan situs Internet untuk menargetkan anak-anak dan remaja.

Facebook, perusahaan media sosial teratas di dunia dengan 955 juta pengguna, mengatakan bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku karena mereka secara eksplisit membatasi penggunaan situs pada orang berusia 13 tahun ke atas.

Facebook membuat beberapa kemajuan dengan mengidentifikasi anak-anak dan menendang mereka dari situs tersebut. Laporan Konsumen pada Juni menunjukkan bahwa Facebook mengeluarkan sekitar 800.000 pengguna berusia di bawah 13 tahun dalam setahun lewat proses penyaringan berlapis. Namun perusahaan tersebut menolak menggambarkan proses tersebut.

Laporan tersebut masih memperkirakan ada 5,6 juta anak-anak di Facebook, jumlah yang menurut para ahli termasuk mereka yang membuat akun dengan bantuan dari orangtua mereka.

Data Laporan Konsumen berasal dari survei pada Januari 2012 terhadap 2.002 yang memiliki koneksi Internet di rumah. Para responden dipilih oleh lembaga penelitian TNS.

“Tidak mengherankan melihat anak 12 tahun ada di Facebook,” ujar ketua FTC Jon Leibowitz, yang mengatakan bahwa situasi tersebut “cukup kompleks” jika orangtua membantu mereka. “Apakah ini mengkhawatirkan? Dalam beberapa hal iya. Apakah ini sesuatu yang hitam putih? Tidak juga.”

Kantor berita Reuters menguji proses pendaftaran akun Facebook dan menemukan bahwa seorang anak bisa dengan mudah melewati fitur penyaringan dalam situs tersebut. Situs tersebut secara efektif memblok pendaftaran fiktif dari seseorang di bawah umur. Namun setelah satu jam, Facebook menerima pendaftaran dengan menggunakan nama, alamat surat elektronik, kata kunci dan tanggal ulang tahun yang sama, namun dengan menggunakan tahun kelahiran yang berbeda.

Facebook menolak membahas data atau menggambarkan upayanya memblok anak-anak dari situs mereka. Juru bicara Facebook, Frederic Wolens, mengatakan dalam surat elektronik bahwa Facebook “berkomitmen untuk meningkatkan proteksi bagi anak-anak dan remaja di Internet.”


Akibat masalah obesitas, pengiklan produk berkadar gula dan lemak tinggi dibatasi dalam mengiklankan produknya pada anak-anak. (AP)
Akibat masalah obesitas, pengiklan produk berkadar gula dan lemak tinggi dibatasi dalam mengiklankan produknya pada anak-anak. (AP)
Larry Magid, anggota dewan penasihat Facebook dan salah satu direktur grup Internet Connect Safely, mengatakan bahwa ia dan beberapa pihak lain telah mempelajari isu itu selama setahun dan tidak menemukan cara untuk mengetahui jika anak-anak berbohong di dunia maya.

“Solusi satu-satunya yang saya tahu adalah dengan mengakses identifikasi nasional atau data sekolah,” ujarnya. “Ada alasan mengapa kita tidak melakukannya. Saya yakin hal ini akan mudah dilakukan dalam rejim totaliter.”

Senator Richard Blumenthal, aktivis masalah privasi dengan anak termuda berusia 18 tahun, mengatakan bahwa kerentanan anak-anak terhadap pemangsa seksual potensial dan pengiklan merupakan alasan untuk menjaga anak-anak usia 12 tahun ke bawah dari sebagian besar situs di Internet.

Saat kelompok pra-remaja menjelajah Internet, mereka seringkali mengungkapkan data yang sensitif, ujar Kathryn Montgomery, pengajar di American University dan advokat awal undang-undang COPPA 1998.

“Kita harap peraturan-peraturan seperti ini akan membuat perusahaan-perusahaan lebih bertanggung jawab dalam perilakunya terhadap anak-anak. Tidak mudah dilakukan,” ujar Montgomery.

Facebook sekarang memiliki 158 juta pengguna di AS, menurut data Mei dari perusahaan comScore. Jika situs tersebut lebih efektif melarang anak-anak, maka ia akan kehilangan 3,5 persen pasar di AS.

Ironisnya, salah satu alasan mudahnya menerobos proses penyaringan Facebook adalah karena adanya undang-undang yang melindungi anak-anak. COPPA melarang perusahaan menyimpan sebagian dasar mengenai anak-anak. FTC mengatakan bahwa lembaga itu akan melihat dengan skeptis perusahaan-perusahaan yang menyimpan nama anak-anak atau alamat surat elektronik mereka, bahkan jika data tersebut semata-mata membantu mencegah anak-anak masuk ke situs mereka.

Anak-anak yang tidak terlalu terampil mengakali sistem Facebook seringkali mendapat bantuan dari orangtua, menurut suti pada 2011 yang dikepalai Danah Boyd, peneliti senior di Microsoft Research. Ia menemukan bahwa 55 persen orangtua dari anak-anak berusia 12 tahun mengatakan bahwa anak-anak mereka ada di Facebook dan 76 persen mengatakan bahwa mereka membantu anak-anak mendapatkan akses ke situs tersebut.

“Banyak laporan baru-baru ini yang menyoroti sulitnya memberlakukan pembatasan umur di Internet, apalagi jika orangtua ingin anak-anak mengakses konten dan jasa daring,” ujar Wolens dari Facebook.

Di Facebook, anak-anak terpapar iklan makanan dengan kadar gula dan lemak yang tinggi, yang semakin banyak ditarik dari acara-acara anak-anak di televisi.

“Kita menemukan banyak iklan produk makanan di Facebook, termasuk banyak diantaranya yang menyasar anak-anak,” ujar Jennifer Harris, direktur inisiatif pemasaran di Pusat Kebijakan Makanan dan Obesitas Rudd di Universitas Yale.

Salah satu produk tersebut adalah sereal Krave produksi Kellog’s, yang sepertiga kandungannya adalah gula. Dengan iklan yang menampilkan karakter animasi Krave Krusader, sekarang produk tersebut mendapatkan 456.000 “like” di Facebook.

Kellogg's mengatakan tidak berniat memasarkan Krave pada pra-remaja dan telah mematuhi inisiatif industri untuk tidak memasarkan produk berkadar gula dan lemak tinggi pada anak-anak.

"Krave mengikuti kebijakan Facebook bahwa semua penggemar harus berusia 13 tahun ke atas,” ujar perusahaan tersebut dalam pernyataan tertulis.

Dr. Victor Strasburger, kepala divisi pengobatan remaja di departemen pediatrik Universitas New Mexico, mengatakan bahwa iklan Krave Krusader merupakan bagian dari apa yang ia sebut “tidak etis”. Hampir 20 persen anak-anak di AS berusia 6-17 tahun menderita obesitas, menurut laporan pemerintah pada 2011.

Aktivis hak anak mengatakan bahwa meski Facebook tidak langsung menargetkan anak-anak, perusahaan tersebut perlu menyadari bahwa iklan-iklan yang ditujukan pada pengguna remaja juga akan menarik kelompok pra-remaja, yang mengimitasi teman-temannya yang lebih tua.

“Saya kira Facebook tidak dengan sengaja menargetkan anak-anak,” ujar Jeff Chester dari Pusat Demokrasi Digital. “Saya kira ketika mereka menargetkan remaja seperti yang mereka lakukan sekarang, mereka tahu bahwa mereka akan menarik banyak kelompok yang lebih muda.” (Reuters)
XS
SM
MD
LG