Tautan-tautan Akses

Letusan Merapi Kembali Telan Korban, Sedikitnya 15 Tewas


Gunung Merapi mengeluarkan asap, hari Selasa 26 Oktober 2010.
Gunung Merapi mengeluarkan asap, hari Selasa 26 Oktober 2010.

Sedikitnya 15 orang tewas saat awan panas tebal keluar dari kawah Gunung Merapi Senin sore.

Sejumlah warga yang sudah mengungsi ke sejumlah posko pengungsian memperkirakan letusan Gunung Merapi kali ini akan jauh lebih dahsyat dari yang terjadi tahun 2004 lalu.

Arofa Nur Indraya – wartawan stasiun televisi Indonesia ANTV sedang melaporkan secara langsung dari Kali Cendol – salah satu lereng gunung yang terletak hanya empat kilometer dari kawah Gunung Merapi bagian timur – ketika tiba-tiba terdengar dua letusan dahsyat. Tim Badan Penanggulangan Bencana pun segera memerintahkannya turun dari lereng gunung untuk menghindari awan panas tebal yang mematikan. Awan beracun bersuhu tinggi yang kerap disebut sebagai wedus gembel ini kerap turun dengan kecepatan tinggi.

“Saya sedang menyampaikan laporan langsung ke ANTV ketika terdengar peringatan dari alat komunikasi salah satu tim Badan Penanggulangan Bencana. Kami semua segera diminta turun dari lereng. Ketika empat jam kemudian awan abu panas sudah tidak ada, kami mendekati lereng Gunung Merapi kembali. Saya mengontak tim Badan Penanggulangan Bencana mohon ijin untuk mengikuti mobil polisi. Sudah lagi terlihat aspal hanya ada debu setebal lima sampai 10 sentimeter, pohon-pohon terlihat hangus dan malang melintang di jalan-jalan. Tim kami terpaksa memotong pohon agar kendaraan bisa melalui jalan. Sepanjang jalan kami menemukan beberapa jenazah, saya bahkan menemukan seorang ibu yang masih hidup dengan memeluk bayinya. Tidak bisa saya ungkapkan sedihnya…… Selebihnya tidak ada lagi masyarakat yang ditemukan hidup…… Semuanya sudah meninggal,” ungkap Arofa.

Sedikitnya 15 orang – termasuk dua wartawan yang tengah meliput letusan Gunung Merapi – ditemukan tewas mengenaskan. Tim Penanggulangan Bencana yang menemukan kelima belas jenazah tidak bisa langsung mengenali mereka. Kini semua jenazah dikirim ke RS dr. Sardjito Yogyakarta.

Seorang perempuan mengendong karung berisi rumput di lereng Gunung Merapi yang sedang mengeluarkan asap (foto dok. 20 Oktober 2010).
Seorang perempuan mengendong karung berisi rumput di lereng Gunung Merapi yang sedang mengeluarkan asap (foto dok. 20 Oktober 2010).

Menurut Aditya – seorang warga yang tinggal Muntilan Magelang di sebelah barat Gunung Merapi – sebenarnya sejak hari Senin 25 Oktober, Badan Penanggulangan Bencana bersama dengan pemda setempat sudah berulang kali mendesak warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sejumlah truk bahkan dikirim untuk mengevakuasi warga di lereng-lereng gunung. Tapi warga menolak dengan alasan tidak ada kepastian bahwa Gunung Merapi ini akan benar-benar meletus. Juga tidak ada jaminan bahwa rumah, lahan pertanian dan ternak yang mereka tinggalkan akan tetap aman.

“Untuk mengungsi sebenarnya sudah dilakukan sejak hari Senin, sejak Merapi dinyatakan statusnya sebagai ‘awas’… Tapi kebiasaan warga disini mereka baru mengungsi kalau sudah keluar wedhus gembel dan hujan abu… Baru mereka percaya! Nah melihat apa yang terjadi hari ini, warga percaya kalau letusan Merapi bakal lebih dahsyat dari yang terjadi tahun 2006 lalu… karena selain terdengar dentuman yang lebih keras, ada pula hujan pasir… bisa jadi ini baru awalnya saja karena secara visual belum terlihat puncaknya,” ujar Adit.

Hal senada disampaikan Parwito yang tinggal di Desa Banyu Biru, Muntilan – Magelang, 15 kilometer dari kawah Gunung Merapi.

“Saya gak takut karena di daerah saya ini sudah biasa ada hujan abu dan kerikil… lava gak mungkin lah sampai kesini… tapi saya sudah tahu kalau harus mengungsi harus kemana… sudah tahu jalannya ke posko-posko,” kata Parwito.

Lebih jauh Arofa – wartawan stasiun televisi ANTV melaporkan beberapa jam setelah “wedhus gembel” atau awan panas beracun keluar dari kawah Gunung Merapi Senin sore, kondisi di Kaliurang di Gunung Merapi bagian timur dan Muntilan di Gunung Merapi bagian barat dilaporkan masih mencekam. Dua ribuan warga yang mengungsi ke Kaliurang – yang terletak di bagian barat Gunung Merapi, dan lima ribu warga yang mengungsi di sekitar Muntilan berjaga-jaga untuk mengantisipasi kemungkinan yang paling buruk. Sri Sultan Hamengkubuwono X pun tanpa kenal lelah berkeliling posko pengungsian menghimbau warga untuk bertahan dan tidak kembali ke rumah mereka dulu.

Gunung Merapi terakhir kali meletus pada tahun 2006, menewaskan dua orang yang tak sempat menghindari awan panas tebal dan terjebak di bunker atau tempat persembunyian yang dibangun pemda setempat di lereng Gunung Merapi.

XS
SM
MD
LG