Tautan-tautan Akses

Lebih dari 500.000 Pemukim Israel Kini Tinggal di Tepi Barat


Pasukan Israel menembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran asal Palestina yang memprotes pendudukan wilayah Tepi Barat dalam aksi di Kota Ramallah, Tepi Barat, pada 26 Januari 2023. (Foto: AFP/Ahmad Gharabli)
Pasukan Israel menembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran asal Palestina yang memprotes pendudukan wilayah Tepi Barat dalam aksi di Kota Ramallah, Tepi Barat, pada 26 Januari 2023. (Foto: AFP/Ahmad Gharabli)

Populasi pemukim Israel di Tepi Barat kini berjumlah lebih dari setengah juta jiwa, kata kelompok pro-pemukim pada Kamis (2/2), melewati ambang batas utama.

Para pemimpin pemukim bahkan memperkirakan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat lagi setelah Israel dipimpin oleh pemerintahan ultranasionalis.

Laporan WestBankJewishPopulationStats.com yang juga didasarkan pada data resmi itu menunjukkan populasi pemukim naik menjadi 502.991 per 1 Januari lalu, naik lebih dari 2,5 persen dalam 12 bulan dan hampir 16 persen dalam lima tahun terakhir.

“Itu jumlah orang yang banyak sekali,” kata Oded Revivi, Wali Kota Efrat.

“Ini adalah fakta yang tidak bisa begitu saja dihapus atau diperhitungkan atau akan hilang ketika keadaan menjadi sedikit sulit,” tambah Revivi.

Tonggak sejarah itu muncul ketika pemerintah baru Israel, yang terdiri dari koalisi partai ultranasionalis yang menentang kenegaraan Palestina, memprioritaskan perluasan pemukiman.

Pemukiman semakin berkembang di setiap pemerintahan Israel, termasuk pada puncak proses perdamaian tahun 1990-an.

Bahkan pemerintahan sebelumnya yang tidak bertahan lama, yang mencakup partai yang mendukung maupun menentang kenegaraan Palestina, tetap meneruskan pembangunan permukiman.

Laporan itu muncul di tengah gelombang kekerasan baru yang mengguncang kawasan tersebut dan hanya berselang beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken yang menjanjikan dukungan AS bagi terbentuknya negara Palestina yang merdeka.

Populasi pemukim terus tumbuh selama masa pemerintahan Biden, terlepas dari permintaan Amerika untuk mengekang pembangunan permukiman Israel setelah pendekatan lepas tangan yang dilakukan mantan Presiden Donald Trump.

Laporan tentang populasi pemukim itu tidak memasukkan daerah Yerusalem timur yang dicaplok, yang menjadi rumah bagi 200.000 pemukim Israel.

Tepi Barat dan Yerusalem timur sendiri merupakan rumah bagi tiga juta warga Palestina.

Israel mencaplok Tepi Barat, Yerusalem timur dan Jalur Gaza pada perang Timur Tengah tahun 1967.

Bangsa Palestina menginginkan wilayah itu menjadi bagian dari mereka ketika menjadi negara yang merdeka.

Meski Israel telah menarik tentara dan ribuan pemukimnya dari wilayah Gaza pada 2005, negara itu tetap melanjutkan pembangunan permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem timur.

Sebagian besar komunitas internasional menganggap pemukiman tersebut tidak sah dan menjadi penghalang terciptanya perdamaian.

Bangsa Palestina memandang pemukiman tersebut sebagai perampasan tanah yang merusak peluang mereka untuk mendirikan negara yang layak dan saling bertetangga.

Israel mengklaim bahwa Tepi Barat adalah wilayah sengketa, bukannya diduduki. Israel menyebut istilah ‘diduduki’ menyangkal keberadaan bangsa Yahudi yang secara historis ada di tanah tersebut.

Israel ingin nasib pemukiman itu ikut dinegosiasikan dalam perundingan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.

Upaya perdamaian sendiri telah hampir mati selama 15 tahun terakhir, sementara Israel terus membangun permukiman untuk memperkuat posisi mereka dan persaingan politik Palestina mempersulit proses perdamaian.

Para pemukim dan banyak pendukung mereka di pemerintahan memandang Tepi Barat sebagai pusat alkitabiah dan sejarah umat Yahudi dan menentang pembagian wilayah. [rd/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG