Tautan-tautan Akses

Laporan IAEA: Sedang Berlangsung, Diskusi Soal Iran Perkaya Uranium Mendekati Tingkat Senjata


Foto yang dirilis oleh Badan Energi Atom Iran menunjukkan sejumlah teknisi tampak bekerja pada sirkuit sekunder dari reaktor yang berada di dekat Arak, Iran, pada 23 Desember 2019. (Foto: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)
Foto yang dirilis oleh Badan Energi Atom Iran menunjukkan sejumlah teknisi tampak bekerja pada sirkuit sekunder dari reaktor yang berada di dekat Arak, Iran, pada 23 Desember 2019. (Foto: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Pengawas nuklir PBB (IAEA) sedang berdiskusi dengan Iran soal asal partikel uranium yang diperkaya hingga kemurnian 83,7 persen, sangat dekat ke tingkat pembuatan senjata, di pembangkit nuklir Fordow. Laporan IAEA yang dilihat kantor berita Reuters pada Selasa (28/2) mengonfirmasi soal diskusi tersebut.

Para diplomat mengatakan pekan lalu bahwa IAEA telah mendapati jejak partikel di Pusat Pengayaan Bahan Bakar Fordow (FFEP), di mana Iran memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen. Kemurnian uranium yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata sekitar 90 persen. Meskipun lonjakan tingkat pengayaan bisa terjadi dan bisa saja tidak disengaja, lonjakan tersebut relatif besar.

“Mengenai asal partikel yang diperkaya di atas 60 persen U-235, yang diidentifikasi setelah penerapan konfigurasi kaskade baru di FFEP, diskusi dengan Iran masih berlangsung,” kata laporan rahasia IAEA kepada negara-negara anggota.

Di Washington, pada Selasa, seorang pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan kepada komisi kongres bahwa Iran dapat membuat bahan fisi yang memadai untuk satu bom nuklir dalam "sekitar 12 hari."

Laporan IAEA itu juga mengatakan stok uranium Iran yang diperkaya hingga 60 persen, yang diproduksi di dua lokasi, tumbuh antara 25,2 kg dan 87,5 kg sejak laporan triwulan terakhir. Total persediaan uranium yang diperkaya hingga tingkat itu dan tingkat yang lebih rendah diperkirakan mencapai 3.760,8 kg, kata laporan itu.

Menurut terminologi IAEA, sekitar 42 kg uranium yang diperkaya hingga kemurnian 60 persen adalah "kuantitas yang signifikan." Jumlah itu didefinisikan sebagai "perkiraan jumlah bahan nuklir yang tidak bisa dikesampingkan untuk pembuatan alat peledak nuklir."

Namun, seorang diplomat senior memperingatkan bahwa dalam praktiknya diperlukan lebih dari 55 kg uranium yang diperkaya hingga 60 persen untuk membuat satu bom karena beberapa bahan terbuang selama pengayaan.

Iran membantah sedang membuat senjata nuklir. Negara itu mengatakan ingin menguasai teknologi nuklir untuk penggunaan kepentingan sipil. [ka/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG