Tautan-tautan Akses

Kritik Pasar Bebas, Paus Dianggap Kecam AS


Paus Fransiskus meninggalkan misa di Gereja St. Cirillo Alessandrino di Roma (1/12). (AP/Gregorio Borgia)
Paus Fransiskus meninggalkan misa di Gereja St. Cirillo Alessandrino di Roma (1/12). (AP/Gregorio Borgia)

Paus mengatakan bahwa teori ekonomi "trickle down", yang diasosiasikan dengan mantan presiden AS Ronald Reagan, menciptakan ilusi untuk membantu orang miskin.

Kritikan Paus Fransiskus terhadap apa yang ia sebut "kapitalisme tak terkendali" membuat gerah beberapa pihak di Amerika Serikat, yang telah lama dianggap sebagai pendukung pasar bebas global.

Dalam dokumen nasihat apostolik atau kepausan berisi 224 halaman, berjudul Evangelii Gaudium, atau Kegembiraan Injil, Paus berargumen bahwa teori-teori ekonomi "trickle down (mengalir)" yang diasosiasikan dengan mantan presiden AS Ronald Reagan, semata-mata menciptakan ilusi untuk membantu orang miskin.

Dokumen itu telah memicu kritikan dari beberapa kelompok konservatif di Amerika.

"Itu pandangan murni Marxisme yang keluar dari mulut Paus," ujar pembawa acara televisi dari sayap kanan Rush Limbaugh, yang melihatnya sebagai serangan terselubung terhadap Amerika Serikat.

Pengecam lain membela pasar bebas, dengan alasan bahwa sistem itu telah berbuat lebih banyak dalam mengentaskan kemiskinan dibandingkan apa yang telah dilakukan Gereja Katolik.

Pada sebuah diskusi mengenai pemikiran sosial Katolik di Georgetown University, perguruan tinggi yang didirikan kelompok Yesuit, Uskup Stephen Blair dari Stockton, California mengatakan bahwa Paus hanya mengutip santo abad keempat, John Chrysostom, ketika ia menulis:

“Tidak memungkinkan orang miskin untuk mendapat bagian dari barang-barang kita berarti mencuri dari mereka dan mencabut kehidupan mereka."

John Carr, mantan penasihat kebijakan uskup-uskup AS, mengatakan komentar-komentar tersebut harus dilihat dalam konteks kritikan Paus sebelumnya mengenai sosialisme.

"Orang-orang yang mengatakan ia penganut Marxist tidak paham ajaran (Karl) Marx dan mereka tidak mengenal Paus," ujarnya.

Carr menggambarkan Paus Fransiskus sebagai "pria berideologi, tapi pria berpengalaman. Ia hidup dengan, bekerja di jalanan dengan orang-orang miskin. Dan terus terang, jika Anda melihat sistem kapitalis dari bawah ke atas, akan berbeda jika melihatnya dari atas ke bawah," ujarnya.

Beberapa umat Katolik yang kekiri-kirian yakin bahwa apa yang dimaksud Paus adalah penjustifikasian kenaikan pajak orang kaya dan subsidi akses kesehatan, yang telah ditolak dengan keras oleh kelompok kanan di AS.

Namun menurut penulis blog konservatif Kathryn Jean Lopez, bukan itu pesan Paus.

“Ia menunjuk pada mandat-mandat Kristiani yang radikal," ujarnya. "Jika Anda percaya pada Injil dan yakin dengan pengajaran sosial Katolik, Anda akan percaya dengan Katekisasi dan Anda hidup berbeda dengan yang diusulkan oleh budaya."

Kehidupan yang dijalani Paus sendiri memang berbeda dan menarik perhatian. Ia dilaporkan bepergian dengan menyamar di kalangan tuna wisma di Roma dan mengatakan bahwa ia pernah bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah klub malam di Argentina.

Julie Byrne, profesor kajian Katolik di Hofstra University di New York, mengatakan Paus Fransiskus telah memberikan harapan di kalangan kelompok-kelompok progresif.

"Banyak orang di Gereja yang telah lama mencari pesan yang lebih terbuka dari Vatikan merayakan pernyataan Paus dan meramalkan bahwa ia akan memberikan banyak dampak terhadap anak muda dan menarik orang-orang yang telah menjauh (dari Gereja). Kita lihat saja nanti," ujarnya.

Mantan penganut Katolik diperkirakan berjumlah sekitar 10 persen dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat. Beberapa pihak menyatakan bahwa jika "mantan Katolik" merupakan agama, maka ia akan menjadi kelompok agama terbesar di Amerika.

Penekanan Paus terhadap pengajaran-pengajaran sosial Katolik mungkin tidak akan membawa mereka kembali ke ajaran ini, namun pernyataan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang dahsyat di mana keyakinan akan pasar bebas tetap kuat.
XS
SM
MD
LG