Tautan-tautan Akses

Korban Pemerkosaan di Stanford Jadi Simbol Keberanian


Brock Turner, mahasiswa yang memperkosa seorang mahasiswi Universitas Stanford, hanya mendapat hukuman enam bulan.
Brock Turner, mahasiswa yang memperkosa seorang mahasiswi Universitas Stanford, hanya mendapat hukuman enam bulan.

Kemarahan di seantero negeri meledak ketika hakim menghukum, Brock Turner, mantan perenang berusia 20 tahun dari Stanford, enam bulan penjara untuk kejahatan pemerkosaan.

Lewat surat bernada marah dan gamblang sepanjang 12 halaman yang ditujukan untuk pengadilan, seorang perempuan muda dalam kasus pemerkosaan di Stanford University telah menjadi simbol keberanian dan daya tahan bagi penyintas kekerasan seksual lainnya, meskipun identitasnya tidak diungkap.

Pernyataannya yang disebar secara luas telah dianggap sebagai bacaan wajib untuk pria remaja dan dewasa, dan sumber kekuatan untuk perempuan lain yang jatuh ke dalam perangkap serangan seksual. BuzzFeed dan The Washington Post mengunggahnya di laman kedua media itu, dan penyiar CNN Ashleigh Banfield membacakan keseluruhan isi surat itu dalam siaran televisi.

Di dalamnya, perempuan itu menggambarkan kehampaan yang ia alami setelah serangan tersebut, mengeluarkan amarahnya atas sikap tanpa penyesalan dari penyerangnya dan menggambarkan secara rinci pemeriksaan invasif di rumah sakit, bagaimana para perawat menggunakan penggaris untuk mengukur luka di tubuhnya dan betapa potongan daun pinus di rambutnya bisa memenuhi kantong kertas.

"Saya menangis karena ia begitu berani," ujar Victoria Kress, yang memberikan konseling di Youngstown State University di Ohio dan bekerja bersama para korban kekerasan seksual. "Tidak biasanya seseorang dapat maju dengan cara seperti ini."

Kemarahan di seantero negeri meledak minggu lalu ketika hakim menghukum penyerang perempuan itu, Brock Turner, mantan perenang berusia 20 tahun dari Stanford, dengan hukuman penjara enam bulan. Putusan itu memicu kritikan bahwa atlet bintang dari latar belakang keluarga kaya mendapat perlakuan khusus. Jaksa menuntut hukuman enam tahun penjara.

Kemarahan meningkat ketika diketahui bahwa ayah Turner telah mengirim surat kepada hakim, mengatakan bahwa putranya telah membayar harga mahal "untuk aksi selama 20 menit."

Korban tidak tampil ke publik di luar pengadilan, dan tidak banyak yang diketahui selain usianya yang 23 tahun dan bahwa ia bukan mahasiswi Stanford.

Ia diserang saat tidak sadarkan diri, di belakang tempat sampah bulan Januari 2015 setelah minum alkohol pada sebuah pesta mahasiswa, menurut pihak berwajib. Ia mengatakan tidak ingat dengan penyerangan tersebut.

Dalam pernyataannya, ia mengatakan ia mengetahui kemudian dari berita bahwa ia ditemukan dalam keadaan telanjang. Ia tidak segera memberitahu pacar dan orangtuanya mengenai serangan tersebut, berpura-pura semuanya tidak nyata, ujarnya. Ia tidak berbicara, makan ataupun tidur.

Namun ia juga berterima kasih kepada orangtua, kakak perempuan, pacar dan teman-temannya atas dukungan mereka dan kepada jaksa penuntut yang "tidak pernah meragukan saya."

Para ahli mengatakan ia secara efektif menyoroti hambatan dalam pemulihan yang dihadapi para korban penyerangan dan dukungan yang mereka perlukan untuk berhasil.

"Kita tahu ada hal-hal seperti dipercayai, didukung oleh sekelilingnya yang dapat membantu pemulihan," ujar Victoria Banyard, profesor psikologi di University of New Hampshire yang mempelajari dampak jangka panjang penyerangan seksual.

Dalam pesan SMS baru-baru ini, perempuan itu mengatakan kepada jaksa penuntut bahwa ia tetap anonim untuk melindungi identitasnya, dan juga sebagai pernyataan.

"Saya terbuka kepada anda semata-mata sebagai perempuan yang ingin didengar," tulisnya. "Ya, ada banyak hal yang ingin saya beritahu tentang diri saya. Untuk sekarang, saya adalah semua perempuan." [hd]

XS
SM
MD
LG