Tautan-tautan Akses

Komunitas Militer di Kentucky Bereaksi Atas Kemungkinan Pengerahan Pasukan


Pintu gerbang Fort Campbell, pangkalan Angkatan Darat Amerika di wilayah barat daya Kentucky, dekat perbatasan dengan Tennessee. (Foto: videograb)
Pintu gerbang Fort Campbell, pangkalan Angkatan Darat Amerika di wilayah barat daya Kentucky, dekat perbatasan dengan Tennessee. (Foto: videograb)

Di wilayah barat daya Kentucky, dekat perbatasan dengan Tennessee, terdapat Fort Campbell, pangkalan Angkatan Darat Amerika yang merupakan salah satu instalasi militer terbesar di dunia. Personel dan keluarga mereka sangat dipengaruhi oleh semua hal yang terkait dengan militer.

Di persimpangan jalan kampung pertanian dan jalan raya antar-negara bagian terletak Fort Campbell, Kentucky, sebuah kota kecil bagi kalangan militer, yang merupakan markas besar the 101st Airborne Division (“Divisi Lintas Udara 101”) yang sangat terkenal. Kehadiran pangkalan militer itu sangat mewarnai perekonomian masyarakat sipil setempat. Ronnie Ward telah lama menjadi pemilik dan pengelola tempat pangkas rambut Bo's Barbershop di dekat Fort Campbell.

"Pelanggan kami mungkin 80 hingga 85 persen militer aktif. Kami memangkas rambut siapa saja mulai yang berpangkat Prajurit Satu sampai Komandan Jenderal," kata Ronnie Ward.

Ward mengatakan pelanggannya menjadi seperti anggota keluarga sendiri.

“Kehidupan orang-orang ini, Anda tahu? Kita menjadi bagian darinya. Sungguh. Kita tahu siapa yang sedang membangun garasi, siapa yang menantikan kelahiran seorang anak, siapa yang baru saja membeli sebuah truk baru,” komentarnya.

Seorang pelanggan bernama Sean Hebert adalah operator alat berat yang ditempatkan di Fort Campbell. Dia mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya di Angkatan Darat siap dikirim ke mana pun dan kapan pun negara memerlukan mereka.

“Kami telah berlatih dan berlatih. Kami telah bekerja selama beberapa tahun terakhir sejak saya ditempatkan di sini untuk bersiap-siap memenuhi momen panggilan itu. Jadi, kami siap setiap saat untuk pergi, dan jika kita harus pergi, kita akan pergi,” kata Hebert.

Tempat pangkas rambut "Bo's Barbershop" di dekat Fort Campbell, Kentucky. (Foto: videograb)
Tempat pangkas rambut "Bo's Barbershop" di dekat Fort Campbell, Kentucky. (Foto: videograb)

Menurut Hebert, pengerahan militer ke medan perang di luar negeri tidak pernah mudah bagi keluarga mereka. “Saya punya anak perempuan yang benar-benar masih kecil. Jadi, dia benar-benar tidak tahu apa pun tentang pengerahan militer. Ia benar-benar tidak memahami apa yang sedang terjadi. Jadi, dia hanya tahu, ‘Ayah pergi.’ Istri saya, di pihak lain, bertanya tentang apa yang terjadi, apakah saya akan pergi, apakah saya akan dikirim ke medan perang. Saya menjawab, saya tidak tahu, dan yang bisa saya katakan kepadanya adalah, ‘dia akan tahu kalau saya tahu,” jelasnya.

Beberapa kilometer di ujung jalan dari Bo's Barbershop, Tiffany B, seorang ibu dua anak yang menjadi anggota Angkatan Darat mengatakan bahwa dia khawatir kedua anaknya tidak sepenuhnya memahami apa arti aksi militer sebenarnya.

“Mereka tidak mengerti tentang semua itu dan seberapa besar pengaruhnya, seperti yang saya katakan kepada mereka, kamu tahu bahwa orang-orang yang dikirim ke medan perang mungkin tidak akan kembali. Banyak orang yang pergi bersama mungkin tidak kembali. Semuanya yang berjumlah 3.000 orang itu mungkin tidak kembali,” kata Tiffany.

Di temui oleh VOA di sebuah markas legiun veteran, John Brame, seorang veteran Perang Vietnam mengatakan bahwa ia hanya ingin melihat kebahagiaan bagi semua orang di dunia. Dia berharap tidak ada lagi perang dan semua bangsa di dunia hidup dengan damai. [lt/ab]

XS
SM
MD
LG