Berbicara pada konferensi pers di sela-sela pertemuan dewan gubernur IAEA di Wina, Direktur Jenderal Rafael Grossi mengatakan, badan yang dipimpinnya tidak pernah melonggarkan standar pengawasannya.
“Kami tetap berpegang pada standar kami dan kami menerapkan standar kami. Yang telah kami lakukan dalam proses yang rumit ini, seperti yang Anda amati, adalah bahwa kami bersikap ketat, secara teknis imparsial, dan sangat tegas – adil tapi tegas. Jadi kami tidak pernah melakukan pelonggaran atau menyesuaikan sesuatu dengan iklim politik,” jelasnya.
Grossi menegaskan kembali pendapatnya atas penjelasan Iran tentang partikel uranium yang ditemukan sebagai sesuatu yang “mungkin.”
“Itu sebabnya kami tidak memiliki pertanyaan lebih jauh tentang bagian ini, yang merupakan bagian dari sebuah isu yang lebih besar,” katanya.
Ketegangan antara Iran dan pihak Barat semakin meningkat sehubungan program nuklir Iran.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mempertegas komitmen penuh Washington untuk keamanan Israel dalam pidatonya pada hari Senin di hadapan kelompok lobi pro-Israel AIPAC.
Dia mengatakan, ancaman dari rezim di Iran merupakan bahaya terbesar yang dihadapi Israel. “Kalau Iran menolak jalur diplomasi, maka, sebagaimana sudah berulang kali dijelaskan Presiden Biden, semua opsi kami pertimbangkan guna memastikan Iran tidak memiliki senjata nuklir.”
Kesepakatan nuklir pada 2015 membatasi stok uranium Teheran sebanyak 300 kilogram dan pengayaan sampai 3,67 persen, cukup untuk menggerakkan sebuah PLTN.
Tetapi penarikan sepihak AS dari persetujuan itu pada 2018 telah menghidupkan serangkaian serangan dan eskalasi oleh Tehran terhadap programnya.
Iran telah memperkaya uranium mencapai kemurnian 60 persen, sebuah tingkat yang menurut pakar nonproliferasi tidak dimaksudkan untuk tujuan damai. Hal itu dibantah oleh Iran. [jm/rd]
Forum