Tautan-tautan Akses

Ketakutan, Kelaparan Melanda Pengungsi Suriah di Turki


Kamp pengungsi Suriah di perbatasan dengan Turki dekat kota Atma, provinsi Idlib, Suriah, 19 April 2020. (Foto: dok)
Kamp pengungsi Suriah di perbatasan dengan Turki dekat kota Atma, provinsi Idlib, Suriah, 19 April 2020. (Foto: dok)

Pengungsi Suriah di Turki menghadapi kesengsaraan akibat pandemi virus corona yang membuat sebagian besar kehilangan pekerjaan. Keluarga-keluarga pengungsi ini mengatakan, di Suriah, mereka bersembunyi di rumah, takut dengan bom atau peluru di luar rumah. Sekarang, mereka terkurung, takut akan virus, menjadi tunawisma dan menghadapi kelaparan.

Delapan pengungsi Suriah tinggal di satu apartemen dua kamar, dan anak perempuan berusia tiga tahun, Zaineb, menangis meminta makanan.

Orang dewasa memetik daun anggur dari pohon untuk dijadikan makan malam, tetapi menjelang senja ibu Zaineb mengatakan putrinya dan anak-anak lain belum makan sepanjang hari. Sewa apartemen di daerah ini murah untuk Istanbul, hanya $30 sebulan, tetapi masih mahal bagi keluarga ini.

Pengungsi Suriah di Istanbul, Turki. (Foto: dok)
Pengungsi Suriah di Istanbul, Turki. (Foto: dok)

Ismahan, ibu yang anaknya menangis mengatakan mereka belum membayar sewa selama dua bulan dan pemilik rumah mengancam akan mengusir mereka.

Keluarganya biasanya menjual tisu kepada pengemudi di persimpangan lampu lalu lintas, tetapi sejak pandemi dimulai, pekerjaan semacam ini tidak diizinkan. Seperti kebanyakan pengungsi Suriah di Turki, mereka melakukan pekerjaan di sektor informal, dan sekarang tidak memiliki penghasilan.

Ketakutan dan Kelaparan Melanda Pengungsi Suriah di Turki
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:57 0:00

Sejumlah kecil organisasi memberi bantuan uang, makanan, dan persediaan, tetapi bantuan itu tidak pernah cukup. Para orang tua mengatakan mereka takut anak-anak mereka akan kelaparan jika pandemi berlanjut.

Marwa, ibu dari lima anak, mengatakan di Suriah mereka dikurung oleh perang, takut mati karena serangan udara jika mereka ke luar rumah. Sekarang, mereka terkurung karena pandemi Covid-19, takut sakit jika keluar, dan kelaparan jika tidak keluar rumah.

Kamp pengungsi Nizip di Turki, dekat perbatasan dengan Suriah, 30 November 2019. (REUTERS / Umit Bektas)
Kamp pengungsi Nizip di Turki, dekat perbatasan dengan Suriah, 30 November 2019. (REUTERS / Umit Bektas)

Turki menampung 3,5 juta pengungsi, lebih banyak dari negara lain. Kekesalan publik terhadap pengungsi semakin dalam dan pemerintah telah mendorong mereka untuk pergi. Pengungsi mengatakan ketika warga Turki bertambah miskin karena pandemi, penduduk setempat sikapnya semakin bermusuhan.

Mohammad, suami Marwa adalah pejuang oposisi sewaktu di Suriah. Setelah melarikan diri ke Turki, ia memperbaiki sepeda motor dan mengecat dinding sebagai pekerja harian sebelum pandemi membuatnya kehilangan pekerjaan.

Mohammad mengatakan ia sekarang tidak bisa tidur di malam hari karena khawatir anak-anaknya akan segera menjadi tunawisma. Bahkan setelah perang dan menjadi pengungsi, ia mengatakan hal tersulit yang pernah dilakukannya adalah mengatakan "tidak" ketika anak-anaknya yang kelaparan meminta makanan. [my/jm]

XS
SM
MD
LG