Tautan-tautan Akses

Kesepakatan Damai Afghanistan Bisa Dorong Runtuhnya Pemerintah 


John Sopko, inspektur jenderal khusus AS untuk pembangunan kembali Afghanistan, memberikan kesaksian di hadapan sebuah komite Senat, 10 Juni 2014.
John Sopko, inspektur jenderal khusus AS untuk pembangunan kembali Afghanistan, memberikan kesaksian di hadapan sebuah komite Senat, 10 Juni 2014.

Sebuah perjanjian perdamaian untuk mengakhiri perang di Afghanistan yang sudah berlangsung lebih dari 17 tahun bisa membawa era ketidakstabilan baru dan menghapuskan kemajuan yang telah banyak dicapai upaya-upaya pembangunan kembali internasional, seorang pejabat penting AS memperingatkan, Rabu (24/4).

John Sopko, inspektur jenderal khusus AS untuk pembangunan kembali Afghanistan, mengatakan kepada wartawan di Washington, meskipun "kita semua menginginkan perdamaian," ada kekhawatiran desakan bagi kesepakatan akan membayangi perencanaan kritis yang diperlukan agar setiap perjanjian tahan lama.

"Kita telah menghabiskan hampir satu triliun dolar di Afghanistan," katanya. "Semua itu berisiko jika kita gagal pada hari pertama setelah perjanjian damai."

Sopko merujuk situasi keuangan pemerintah Afghanistan yang sangat parah, dan ketergantungannya pada bantuan AS untuk membayar gaji pasukan keamanan negara itu, sebagai kekhawatiran utama.

"Penurunan dramatis bukan hanya pada jumlah tentara AS dan koalisi namun juga dalam dukungan keuangan bagi pemerintah Afghanistan akan berarti runtuhnya pemerintah," kata Sopko.

"Jika ekonomi runtuh atau jika mereka tidak dibayar, jika kita membatalkan dana, ada 500.000 tentara dan polisi yang terlatih dan memiliki senjata," tambahnya. "Ada 60.000 Taliban yang merupakan pembunuh terlatih. Mereka ingin diintegrasikan kembali. Coba saja rencanakan."

Perencanaan yang tidak memadai juga bisa berpengaruh besar pada kesuksesan upaya pembangunan kembali. [my]

XS
SM
MD
LG