Tautan-tautan Akses

Kenya Luncurkan Satelit Nano Pertama ke Antariksa


Kenya, hari Jumat (14/5) mengambil langkah pertama menuju antariksa dengan meluncurkan sebuah satelit nano yang dibuat di Universitas Nairobi. (Foto: ilustrasi).
Kenya, hari Jumat (14/5) mengambil langkah pertama menuju antariksa dengan meluncurkan sebuah satelit nano yang dibuat di Universitas Nairobi. (Foto: ilustrasi).

Kenya, hari Jumat (14/5) mengambil langkah pertama menuju antariksa dengan meluncurkan sebuah satelit nano yang dibuat di Universitas Nairobi. Para rekayasawan yang terlibat dalam pembuatan kapsul antariksa berbentuk kubus itu menyebutnya sebagai saat Kenya bergabung dalam klub antariksa, meskipun masih banyak yang harus dilakukan untuk meluncurkan program antariksa Kenya.

Warga Kenya bersorak sorai ketika siaran langsung di Universitas Nairobi menunjukkan satelit buatan negara itu diluncurkan Jepang dari Stasiun Antariksa Internasional.

"Kenya sekarang telah bergabung dengan bangsa-bangsa lain dalam klub antariksa," kata seorang warga Kenya.

"Peluncuran ini telah mengangkat kita ke tingkat yang lebih tinggi. Selama ini kami hanyalah pengguna sains dan teknologi antariksa. Padahal kami menyebut diri sebagai bangsa yang ingin menaklukkan antariksa. Jadi menurut kami, begitu peluncuran dilakukan dengan sukses, kami telah menjadi bangsa penjelajah antariksa,” kata Faith Karanja.

Badan antariksa Kenya dibentuk tahun lalu dan belum banyak berbuat sesuatu. Tetapi Universitas Nairobi telah menyusun rencana.

"Langkah kami berikutnya adalah berusaha membuat satelit nano yang sedikit lebih besar dari yang diluncurkan ini. Satelit nano yang sudah kami buat disebut 1-U. Kami perlu membuat satelit nano 3-U," jelas Peter Ngau dari Fakultas Arsitektur dan Rekayasa, Universitas Nairobi.

Satelit nano berbentuk kubus berukuran sebesar kepalan tangan itu dirancang oleh mahasiswa dan ilmuwan Universitas Nairobi, dengan banyak bantuan dari luar.

Program Antariksa Kenya
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:43 0:00

Para pakar Jepang dan Italia membantu proyek itu, dan Jepang menyediakan sebagian besar pendanaannya.

"Saya sangat senang karena program ini berlangsung pada saat beberapa mahasiswa Kenya meninggalkan Universitas kami untuk belajar teknologi geospasial dan antariksa di luar negeri. Saya sangat gembira karena saya tahu setelah mereka di sana, mereka akan tahu bahwa kami dapat bersaing dengan program antariksa,” kata Lucy Ruto, mahasiswa jurusan Teknik dalam bahasa Kiswahili.

Satelit pertama Kenya ini menurut rencana antara lain akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai satwa liar, prakiraan cuaca, pengelolaan bencana, dan keamanan pangan. [ds]

Recommended

XS
SM
MD
LG