Tautan-tautan Akses

Kementerian Kesehatan Jepang Beri Persetujuan Jalur Cepat untuk Remdesivir


Obat antivirus Covid-19 "Remdisivir" di fasilitas Gilead Sciences, La Verne, California, 11 Maret 2020. (Foto: dok).
Obat antivirus Covid-19 "Remdisivir" di fasilitas Gilead Sciences, La Verne, California, 11 Maret 2020. (Foto: dok).

Jepang dengan cepat menyetujui penggunaan obat antivirus ""Remdesivir"" untuk digunakan dalam mengobati pasien COVID-19 di negara itu.

Berbicara kepada wartawan hari Jumat (8/5) di Tokyo, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengukuhkan persetujuan mengenai "Remdesivir" itu oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan. Izin itu diberikan hanya dalam waktu empat hari. Ia mengatakan produsen obat itu, Gilead Sciences, telah memberitahu bahwa pasokan "Remdesivir" akan terbatas untuk sementara waktu, sehingga pasien yang paling parah yang akan diprioritaskan.

Yoshihide Suga mengatakan Jepang sedang bekerja sama dengan Gilead untuk memastikan ketersediaan obat itu dalam jumlah yang lebih banyak agar otoritas medis dapat memperolehnya bagi semua yang memerlukannya.

Langkah Jepang itu menyusul persetujuan oleh regulator AS pekan lalu yang mengizinkan penggunaan "Remdesivir" untuk keperluan darurat. Obat ini tampaknya membantu sebagian pasien virus corona dapat pulih lebih cepat dalam uji klinis.

Kantor pusat Gilead Sciences di Foster City, California, 30 April 2020. (Foto: dok).
Kantor pusat Gilead Sciences di Foster City, California, 30 April 2020. (Foto: dok).

Suatu pernyataan dari Gilead menyebutkan persetujuan cepat oleh Jepang ini didasarkan pada data klinis dari uji coba yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Nasional AS. Jepang dan AS adalah dua negara yang sejauh ini mengizinkan penggunaan obat itu untuk pasien COVID.

Pakar penyakit menular terkemuka AS, Dr. Anthony Fauci dari Institut Kesehatan Nasional pekan lalu mengatakan bahwa obat itu tidak menyebabkan kesembuhan total tetapi jelas menjanjikan untuk pengobatan.

Jepang masih memberlakukan situasi darurat karena virus corona, yang pekan ini diperpanjang hingga akhir Mei, meskipun tidak memberlakukan lockdown yang ketat.

AS memiliki lebih dari 1,2 juta kasus dan lebih dari 75 ribu kematian akibat virus corona, sedangkan Jepang melaporkan 15.500 kasus dan 580 kematian. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG