Tautan-tautan Akses

Wafatnya Mandela Picu Debat Politik di Afrika Selatan


Warga menyalakan lilin di depan foto mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela di Trocadero Square, Paris.
Warga menyalakan lilin di depan foto mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela di Trocadero Square, Paris.

Kematian tokoh dan mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela telah mendorong negara itu ke dalam debat politik menjelang pemilu tahun depan. Kongres Nasional Afrika, partai yang membawa Mandela ke puncak kekuasaan, semakin tidak populer di mata rakyat Afsel.

Nelson Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan tahun 1994. Kematiannya kini memicu debat politik serius tentang masa depan negara itu dan partai Kongres Nasional Afrika ANC yang berkuasa.

Indikasi kemarahan rakyat tersebut muncul tanggal 10 Desember lalu ketika presiden dan sekaligus pemimpin ANC saat ini, Jacob Zuma, dicemooh oleh sekitar 60 ribu warga yang berkumpul di stadion FNB Soweto untuk mengenang Nelson Mandela. Meskipun aksi itu dikecam luas sebagai tindakan tidak pantas dalam acara khidmat seperti itu, fenomena itu menggarisbawahi meningkatnya rasa frustrasi di Afrika Selatan, tidak saja oleh masyarakat umum tetapi juga para pendukung ANC sejak lama.

Salah seorang sahabat dekat Mandela, pengacara George Bizos, menyimpulkan rasa frustrasi orang-orang dalam acara terpisah. “Mereka kira mereka siapa, dengan membohongi kita bahwa mereka mengikuti jejak Nelson Mandela.”

Awal bulan ini pejabat tinggi urusan anti-korupsi di Afrika Selatan, Thuli Madonsela, mengeluarkan laporan sementara bahwa Presiden Jacob Zuma menghabiskan sekitar 20 juta dollar anggaran pemerintah untuk memperindah rumah pribadinya di propinsi KwaZulu-Natal.

Thuli Madonsela mengatakan pengeluaran tersebut jauh melampaui kebutuhan keamanan dan ia mengusulkan agar Jacob Zuma membayar kembali uang rakyat tersebut dan agar parlemen memanggilnya untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran etika itu.

Meskipun sebelumnya Jacob Zuma membantah telah menggunakan anggaran rakyat, sebagian masyarakat melihat jelas hal ini sebagai korupsi di eselon-eselon tinggi ANC.

Jajak pendapat yang dilakukan koran the Sunday Times dan diterbitkan pada hari yang sama dengan pemakaman Nelson Mandela mendapati 51% pemilih ANC yang terdaftar mengatakan mereka ingin agar Jacob Zuma mengundurkan diri.

ANC telah mendominasi politik nasional sejak berakhirnya apartheid tahun 1994. Afrika Selatan mungkin bebas, tetapi jauh dari kesetaraan dan warga kulit hitam Afrika Selatan masih berada di lapisan bawah ekonomi negara itu. Angka pengangguran tetap berada pada 26%.

Adam Habib, Wakil Rektor Universitas Witwatersrand di Johannesburg mengatakan warga Afrika Selatan marah karena satu isu utama yaitu ekonomi. “Saya kira presiden Jacob Zuma terlibat dalam pengeluaran sekitar 206 juta rand untuk perbaikan rumah pribadinya, dan ini membuat masyarakat marah. Ditambah fakta bahwa kita menghadapi peningkatan ketidaksetaraan ekonomi setiap tahun, selama 19 tahun ini, dan ini hanya menunggu suatu ledakan peristiwa.”

Adam Habib mengatakan ANC tampaknya tetap populer di daerah-daerah pedalaman, dimana partai tersebut memiliki pendukung kuat dan secara luas dinilai bertanggungjawab atas perbaikan yang terjadi dalam masyarakat Afrika Selatan selama 20 tahun terakhir.

Namun suasana di Johannesburg lebih tampak jelas menjelang pemakaman Nelson Mandela hari Minggu, ketika kantor-kantor berita lokal mengudarakan diskusi panel tentang masa depan Afrika Selatan.

“Karena mendapat mayoritas besar suara, ANC merasa tak terkalahkan” ujar analis politik Eusebius McKaiser dan komentarnya memicu sorak-sorai penonton. “Tapi kita jangan menghina para pemilih dengan sikap ini” tambahnya.

Para penonton mengeluarkan kecaman, air mata dan sorak-sorai sewaktu para panelis membahas isu ketidaksetaraan, rasisme dan ekonomi.

Kata-kata terakhir yang disampaikan seorang wanita tua berkulit putih yang mengenakan jaket merah jambu dan duduk di baris depan, “Afrika Selatan kini jauh lebih baik dibanding tahun 1994” ujarnya.
XS
SM
MD
LG