Tautan-tautan Akses

Kematian Akibat COVID-19 di Afrika Lampaui 100 Ribu


Para petugas kesehatan di tempat perawatan darurat untuk menangani pasien virus corona (COVID-19) outbreak, di Rumah Sakit Steve Biko Academic Hospital di Pretoria, Afrika Selatan, 19 Januari 2021. (Foto: Reuters)
Para petugas kesehatan di tempat perawatan darurat untuk menangani pasien virus corona (COVID-19) outbreak, di Rumah Sakit Steve Biko Academic Hospital di Pretoria, Afrika Selatan, 19 Januari 2021. (Foto: Reuters)

Afrika mencatat lebih dari 100 ribu kematian terkonfirmasi akibat COVID-19. Sementara benua yang dipuji karena tanggapan awalnya terhadap pandemi itu kini berjuang mengatasi kemunculan kembali virus yang berbahaya dan kerap kekurangan oksigen untuk keperluan medis.

“Menurut saya ini benar-benar luar biasa dan menakutkan,” kata direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika, John Nkengasong, kepada Associated Press.

Para pejabat kesehatan yang bernafas lega tahun lalu, sewaktu negara-negara Afrika tidak melihat ada kematian akibat COVID-19 dalam jumlah besar, kini melaporkan lonjakan jumlah kematian.

Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) wilayah Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan kepada para wartawan pekan lalu bahwa kematian akibat COVID-19 naik sebesar 40 persen di Afrika pada bulan lalu dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini berarti lebih dari 22 ribu orang meninggal dalam empat pekan terakhir.

Namun, tren terbaru menunjukkan pelambanan.

CDC Afrika mengatakan, Kamis (18/2), bahwa dalam pekan yang berakhir Minggu lalu, Afrika mencatat penurunan 28 persen dalam hal kematian

Benua dengan 54 negara yang berpenduduk sekitar 1,3 miliar ini hampir-hampir tidak melihat adanya kedatangan pasokan vaksin COVID-19 berskala besar, dan varian virus yang dominan di Afrika Selatan telah menjadi tantangan dalam program vaksinasi.

Nkengasong mengatakan jika vaksin tersedia, benua itu seharusnya dapat memvaksinasi 35 persen hingga 40 persen populasinya sebelum 2021 berakhir dan 60 persen pada akhir 2022.

Afrika mencapai angka 100 ribu kematian terkonfirmasi tidak lama setelah menandai satu tahun sejak kasus virus corona pertama dikonfirmasi di benua itu, yakni di Mesir pada 14 Februari 2020.

Namun, banyak lagi orang di berbagai penjuru Afrika yang telah meninggal karena COVID-19, meskipun tidak tercakup dalam data resmi.

Karena sebagian besar negara di Afrika kekurangan sarana untuk melacak data kematian, belum jelas berapa banyak kematian lainnya yang tidak tercatat terjadi di benua itu sejak pandemi merebak.

Dalam kasus di Tanzania, tidak ada yang tahu berapa kematian, berapa banyak kasus, yang tercatat sejak negara berpenduduk sekitar 60 juta orang itu berhenti memutakhirkan data kasusnya April lalu.

Meskipun Presiden John Magufuli mengklaim bahwa COVID-19 telah diatasi di Tanzania dan mempertanyakan vaksin-vaksin baru tanpa memberi bukti, media sosial dalam beberapa hari ini mencatat peningkatan jumlah pemberitahuan kematian oleh keluarga-keluarga yang menyatakan anggotanya meninggal karena kesulitan bernafas.

Tanzania sekarang ini adalah satu dari delapan negara di Afrika yang memiliki catatan varian virus yang lebih menular yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, sebut WHO, seraya menyebut para pelancong dari Tanzania didapati tertular varian virus itu di luar negaranya. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG