Tautan-tautan Akses

Kelompok HAM Tuntut Transparansi dalam Operasi Anti-Teror AS


Serangan pesawat tanpa awak AS, selain menewaskan para teroris juga sering mengenai sasaran sipil (foto: ilustrasi).
Serangan pesawat tanpa awak AS, selain menewaskan para teroris juga sering mengenai sasaran sipil (foto: ilustrasi).

Kelompok HAM telah lama menuntut diumumkannya jumlah korban dalam serangan anti-teroris Amerika.

Dari serangan Amerika baru-baru ini di Pakistan yang menewaskan pemimpin Taliban Afghanistan, sampai serangan Maret di Somalia yang menewaskan sedikitnya 150 anggota kelompok militan al-Shabab, Amerika telah meningkatkan penggunaan pesawat tanpa-awaknya di bawah Presiden Barack Obama.

Pemerintah Amerika untuk pertama kalinya mempersiapkan laporan korban yang tewas dalam serangan-serangan tersebut.

Dari pangkalan Amerika di negara bagian New Mexico, pilot-pilot Angkatan Udara AS meluncurkan pesawat penyerang tanpa awak.

"Saya melihat sasaran di darat," kata seorang pilot.

Kelompok hak asasi telah lama menuntut diumumkannya jumlah korban dalam serangan anti-teroris. Sebelum ini, pemerintah Amerika bahkan menolak mengakui adanya serangan-serangan seperti itu.

Rita Siemion dari Human Rights First mengatakan, "Percayalah pada kami, kami punya standar tinggi, kami melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan" --- menurut Siemion, "(Pernyataan itu) benar-benar tidak cukup dan mereka harus mengungkapkan lebih."

Pemerintahan Obama telah berjanji akan mengeluarkan laporan itu, yang akan merinci jumlah pejuang dan warga sipil yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS sejak 2009, di luar daerah pertempuran aktif seperti Irak, Afghanistan dan Suriah.

Josh Earnest, Juru Bicara Gedung Putih mengatakan, kami tadinya bahkan tidak mengakui secara terbuka bahwa hal-hal ini terjadi . Jadi fakta bahwa kita sekarang secara rutin akan mengumumkan hasil dan jumlah korban dalam operasi ini saya pikir merupakan kemajuan penting ke arah transparansi."

Tapi bagi Siemion, dari kelompok Human Rights First menghitung-hitung korban saja tidak cukup; dia mengatakan pemerintah harus menjelaskan istilah-istilah seperti “pejuang”, “ancaman yang segera” dan “kemungkinan untuk menangkap tersangka”, sambil mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyusun kebijakan penggunaan pesawat tanpa awak.

John Hannah dari Yayasan Pertahanan Demokrasi menjabat sebagai penasihat senior pemerintahan Clinton dan George W. Bush. Ia, dikritik karena menciptakan penjara militer di Guantanamo.

"Pemerintahan Obama hampir sepenuhnya tidak berupaya menangkap dan menahan serta menggali data intelijen dari para teroris ini. Sebaliknya secara sepihak memutuskan akan menjadi hakim, juri dan sekaligus algojo."

Namun, katanya, serangan pesawat tak berawak merupakan taktik yang efektif di negara-negara seperti Yaman dan Pakistan, di mana pemerintah tidak bersedia atau tidak mampu memburu teroris. Serangan pesawat tanpa awak itu mengurangi korban sipil dibanding dengan konflik militer yang konvensional.

Perdebatan ini, kata para pengamat, akan terus berlangsung di masa depan, karena penggunaan pesawat tanpa awak sekarang telah dijadikan bagian penting kebijakan anti-teroris AS. [ps/ii]

XS
SM
MD
LG