Tautan-tautan Akses

Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Eksekusi Tiga Personelnya


Tentara pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) memeriksa senjata dan amunisi di pangkalan militer di wilayah Kokang 10 Maret 2015. Mereka disebut telah mengeksekusi tiga personelnya pada Januari. (Foto: Reuters)
Tentara pemberontak Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) memeriksa senjata dan amunisi di pangkalan militer di wilayah Kokang 10 Maret 2015. Mereka disebut telah mengeksekusi tiga personelnya pada Januari. (Foto: Reuters)

Sebuah kelompok bersenjata etnis minoritas Myanmar telah mengeksekusi tiga personelnya setelah sidang terbuka yang diadakan di sebuah kota yang direbut dari militer pada bulan Januari. Demikian seperti dilaporkan oleh media yang berafiliasi dengan kelompok tersebut.

Daerah perbatasan Myanmar adalah tempat bagi sejumlah kelompok etnis minoritas bersenjata, beberapa di antaranya telah berjuang melawan militer selama beberapa dekade untuk mendapatkan otonomi dan kendali atas sumber daya seperti batu giok atau opium.

Pada hari Rabu, 10 “personel militer” diadili di depan umum atas pelanggaran termasuk pembunuhan, pemerasan dan penculikan di kota Laukkai di Myanmar Timur Laut, menurut media yang berafiliasi dengan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (Myanmar National Democratic Alliance Army/MNDAA).

MNDAA adalah kelompok etnis Tionghoa yang menguasai wilayah di negara bagian Shan, Myanmar Utara, dekat Provinsi Yunnan di China.

Sebuah video yang dirilis oleh media The Kokang pada Rabu malam menunjukkan para pria tersebut dibelenggu dan mengenakan pakaian olahraga yang sama dengan plakat di leher mereka yang merinci nama dan kejahatan mereka.

Kerumunan penonton terlihat berkumpul di depan panggung di mana seorang pria berseragam militer membacakan vonis.

Tiga orang di antaranya dijatuhi hukuman mati karena pembunuhan dan karena menjual senjata serta amunisi dari MNDAA, kata The Kokang. Yang lainnya menerima hukuman penjara.

Pengadilan tersebut merupakan “langkah penting untuk mendidik masyarakat agar tidak ikut serta dalam kejahatan melawan hukum,” menurut The Kokang.

Kantor berita AFP telah menghubungi sumber yang dekat dengan MNDAA untuk memberikan komentar.

Pada Januari, sekitar 2.000 tentara junta menyerahkan Laukkai kepada MNDAA setelah pertempuran selama berminggu-minggu yang merupakan salah satu kekalahan terbesar militer.

Ketua Junta Min Aung Hlaing menjadi terkenal di Laukkai pada tahun 2009 ketika, sebagai komandan regional, ia mengusir MNDAA dari kota tersebut.

Militer kemudian membentuk milisi yang menjadi kaya dengan memproduksi narkoba dan mengelola industri perjudian dan seks untuk para pendatang dari seberang perbatasan China. [lt/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG