Tautan-tautan Akses

Kekhawatiran Terkait Pandemi Mereda, China Perluas Ketersediaan Visa


Ilustrasi - Siswa yang mengenakan masker berjalan keluar dari tempat ujian masuk universitas "gaokao" nasional tahunan, yang ditunda di kota itu karena wabah COVID-19 di Shanghai, China, 7 Juli 2022. (REUTERS/Aly Lagu Lei Feng)
Ilustrasi - Siswa yang mengenakan masker berjalan keluar dari tempat ujian masuk universitas "gaokao" nasional tahunan, yang ditunda di kota itu karena wabah COVID-19 di Shanghai, China, 7 Juli 2022. (REUTERS/Aly Lagu Lei Feng)

China melonggarkan restriksi ketatnya mengenai visa setelah negara itu lebih banyak menangguhkan penerbitannya kepada para pelajar asing dan lain-lainnya lebih dari dua tahun silam, pada awal pandemi COVID-19.

Situs web Kedutaan Besar China di India mengatakan prosedur yang diperbarui itu mulai berlaku hari Rabu (24/8), tanpa menyebut secara spesifik ketentuan mengenai vaksin atau bukti tes negatif virus itu.

China masih mengharuskan mereka yang datang dari luar negeri untuk dikarantinakan di hotel atau kediaman pribadi dan bukti tes negatif diperlukan untuk memasuki banyak tempat umum dan komersial.

Pelonggaran pembatasan visa itu sangat penting bagi para mahasiswa India, khususnya mereka yang ingin mengambil gelar dalam bidang kedokteran yang jauh lebih terjangkau biayanya di China daripada di negara-negara Barat. “Bagi mahasiswa yang kembali ke China untuk melanjutkan kuliah mereka: ‘Sertifikat Kembali ke Kampus’ yang dikeluarkan universitas di China” diperlukan, kata Kedutaan.

Kedutaan China di Washington juga mengeluarkan pemberitahuan serupa yang mengatakan peraturan baru bagi mahasiswa dan lainnya dijadwalkan berlaku mulai Rabu (24/8).

China lebih banyak menutup perbatasannya setelah virus corona pertama kali dideteksi di Wuhan, kota di China Tengah, pada akhir 2019. Pemerintah telah memberlakukan kebijakan keras “nol-COVID” yang membuat jutaan orang menjalani lockdown. Tetapi aturan semacam itu dicabut secara bertahap di tengah berkurangnya jumlah kasus dan protes masyarakat terkait biaya ekonomi dan sosial kebijakan itu.

Wabah sporadis terus terjadi, dengan 1.641 kasus baru penularan di dalam negeri diumumkan pada hari Rabu, termasuk di daerah yang jauh seperti Tibet dan Xinjiang di bagian barat laut. Sebagian besar dari mereka tidak menunjukkan gejala dan tidak ada kematian baru yang dilaporkan. [uh/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG