Tautan-tautan Akses

Keberhasilan Studi di Perguruan Tinggi: Bantu Orang Lain untuk Bantu Diri Sendiri


Jahiem Johnson, 13, kiri, membantu teman sekelas Kamya Saunders, 13, ketika mereka mengerjakan bagian bahasa Inggris selama kelas di Akademi Kepemimpinan Washington di Washington, 23 Agustus 2017. (Foto: AP)
Jahiem Johnson, 13, kiri, membantu teman sekelas Kamya Saunders, 13, ketika mereka mengerjakan bagian bahasa Inggris selama kelas di Akademi Kepemimpinan Washington di Washington, 23 Agustus 2017. (Foto: AP)

Secara umum, pendidikan tinggi merupakan pengalaman yang mementingkan diri sendiri bagi mahasiswa yang menempuhnya.

Orang sering berusaha menempuh pendidikan tinggi karena ingin memperbaiki kehidupan mereka, atau ingin meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, menarik, dan bermakna.

Bahkan jika orang ingin menemukan obat untuk berbagi jenis penyakit atau mengatasi masalah tuna wisma, mereka harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan pengetahuan dan pelatihan bagi diri mereka sendiri sebelum mereka dapat membantu orang lain.

Penggemar foto berkumpul di Perpustakaan Hesburgh dengan mural Word of Life, juga dikenal sebagai Touchdown Jesus, di Universitas Notre Dame. (Foto: AP/Darron Cummings)
Penggemar foto berkumpul di Perpustakaan Hesburgh dengan mural Word of Life, juga dikenal sebagai Touchdown Jesus, di Universitas Notre Dame. (Foto: AP/Darron Cummings)

Waktu kuliah mahasiswa biasanya sangat sibuk, dan mereka seakan-akan tidak punya waktu atau kebebasan untuk melayani orang lain kecuali diri mereka sendiri. Namun, menurut Direktur Akademik di Center for Social Concerns (Pusat Peduli Sosial) di University of Notre DameConnie Snyder Mick, hal itu tidak seluruhnya benar. “Mahasiswa tetap bisa meluangkan waktu untuk membantu sesama,” ujarnya.

University of Notre Dame adalah sebuah universitas Katolik di negara bagian Indiana.

Lembaga-lembaga serupa juga bisa ditemukan di banyak perguruan tinggi dan universitas di Amerika Serikat. Mick mengatakan lembaga tu membantu mahasiswa mencari pengalaman yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan kemajuan akademik, tetapi tetap penting, yakni menjadi sukarelawan.

Mengabdi sebagai sukarelawan tidak jarang ditemukan di pendidikan tinggi. Banyak kelompok kampus mengorganisir program-program sukarela atau upaya penggalangan dana untuk berbagai alasan yang berbeda. Para pejabat yang bertanggung jawab atas perumahan mahasiswa sering menyelenggarakan acara semacam itu untuk membantu mahasiswa membangun rasa kebersamaan.

Keterlibatan dalam kegiatan semacam itu baik bagi mahasiswa, kata Mick kepada VOA. Sebagai contoh, kesibukan dalam kehidupan kampus dapat mengakibatkan stres bagi mahasiswa. Melakukan sesuatu yang sama sekali tidak terkait dengan studi mahasiswa atau pekerjaan lain dapat membantu menenangkan mereka dengan mengarahkan pikiran mereka pada hal-hal lain yang positif

Mahasiswa program robotika cerdas ilmu komputer University of Southern California Kristin Jordan memberikan demonstrasi KIWI, robot pendamping sosial untuk membantu anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. (Foto: VOA / Elizabeth Lee)
Mahasiswa program robotika cerdas ilmu komputer University of Southern California Kristin Jordan memberikan demonstrasi KIWI, robot pendamping sosial untuk membantu anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. (Foto: VOA / Elizabeth Lee)

Demi memperkaya pengalaman yang lebih bermakna selama masa kuliah para mahasiswa, Connie Snyder Mick mendorong mahasiswa untuk mengunjungi pusat-pusat pendidikan seperti yang dipimpinnya.

Dia mengatakan lembaga-lembaga seperti itu tersedia di kampus untuk menciptakan peluang kerja sukarela yang lebih kompleks dan bermakna daripada, misalnya, hanya sekedar menghabiskan waktu sehari untuk membersihkan taman lokal.

Mahasiswa sering menghabiskan sedikit waktu untuk mengenal komunitas lokal di luar kampus mereka, ujar Connie.

“Pendidikan tinggi seharusnya menjadi sarana untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada mahasiswa, dan di komunitas-komunitas itulah mungkin dapat ditemukan banyak budaya dan orang-orang yang sangat berbeda dari yang telah mereka ketahui sebagai mahasiswa,” tambah Connie.

Pintu masuk ke kampus Universitas Duke utama terlihat di Durham, N.C., Senin, 28 Januari 2019. (Foto: AP)
Pintu masuk ke kampus Universitas Duke utama terlihat di Durham, N.C., Senin, 28 Januari 2019. (Foto: AP)

Kantor pengabdian pada masyarakat di kampus sering bermitra dengan berbagai lembaga lokal yang melayani orang-orang dari komunitas terdekat. Kemitraan ini membantu memastikan agar upaya kerja sukarela dapat memenuhi kebutuhan nyata komunitas yang bersangkutan.

Bahkan bagi mahasiswa yang tidak begitu berminat untuk menemukan koneksi dengan komunitas lokal, kerja sukarela masih menawarkan nilai dan manfaat yang baik, ujar Connie.

Dia mencatat beberapa peluang dapat mendorong mahasiswa untuk menggunakan apa yang mereka pelajari di bangku kuliah di dunia nyata. Dan, tambahnya, memiliki pengalaman semacam itu dapat membuat mahasiswa lebih menarik bagi majikan setelah mereka lulus kuliah.

Menjadi sukarelawan tidak selalu berarti mencari waktu ekstra pada malam hari atau akhir pekan, katanya. Kini, semakin banyak universitas yang meminta profesor untuk merancang mata kuliah yang memasukkan pekerjaan sukarela.

Pusat kerja sukarela di kampus-kampus Amerika dapat membantu mahasiswa mengidentifikasi mata kuliah yang menawarkan pengalaman seperti itu. Lembaga-lembaga tersebut juga dapat memberi tahu mahasiswa jika perguruan tempat mereka belajar menawarkan kesempatan kerja sukarela di luar kota selama musim liburan semester.

Connie Snyder Mick mengatakan kesempatan seperti itu bisa menjadi cara yang bermakna untuk menghabiskan waktu luang dan menjelajahi tempat-tempat lain. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG