Tautan-tautan Akses

Kasus Positif Corona Capai 1.677, Pemerintah akan Gunakan Mesin Deteksi Baru


Simulasi penanganan pasien terjangkit virus Corona n-CoV 2019 di RS Dr. Moewardi Solo, Jumat, 31 Januari 2020. (Foto: VOA/Yudha)
Simulasi penanganan pasien terjangkit virus Corona n-CoV 2019 di RS Dr. Moewardi Solo, Jumat, 31 Januari 2020. (Foto: VOA/Yudha)

Kasus COVID-19 terus bertambah setiap harinya. Guna melacak lebih cepat kasus positif di masyarakat, pemerintah kini akan menggunakan sebuah mesin khusus.

Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto mengatakan ada penambahan 149 kasus baru positif virus corona, sehingga total kasus COVID-19 di Indonesia kini menjadi 1.677.

Sementara itu, pasien yang sembuh dilaporkan bertambah 22 orang. Total yang pulih dari virus ini sampai kinitercatat sebanyak 103 orang.

Yuri melaporkan jumlah korban meninggal akibat corona bertambah 21 orang sehingga kini totalnya mencapai 157 orang.

DKI Jakarta sampai saat ini masih menjadi penyumbang terbanyak kasus positif harian. Ada 62 kasus baru di Ibu Kota sehingga jumlah kasus keseluruhannya dikukuhkan menjadi 808 orang.

Dalam kesempatan ini, Yuri menjelaskan bahwa pemerintah akan memanfaatkan mesin tes cepat molekuler (TCM) untuk mendeteksi apakah seorang pasien sudah positif virus corona. Mesin tersebut saat ini sudah tersedia di 132 rumah sakit diIndonesia.

“Dalam waktu dekat kita akan memanfaatkan mesin pemeriksaan TB TCM yang selama ini sudah tergelar di lebih dari 132 rumah sakit dan kemudian di beberapa puskesmas yang terpilih untuk kita konversi agar mampu melaksanakan pemeriksaan COVID-19. Tentunya kita harus mendatangkan cartridge yang memang disiapkan khusus untuk ini,” ujar Yuri dalam telekonferensi di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (1/4).

Aplikasi metoda baru ini, menurutnya, kemungkinan tidak bisa segera dilakukan mengingat tenaga ahlinya masih terbatas. Namun, ia menjanjikan pelatihan cepat penggunaan alat itu, sehingga, paling tidak,uji cobanya bisa dilaksanakan besok.

Mesin TCM ini, kata Yuri, diharapkan bisa mempercepat hasil pemeriksaan pasien positif virus ini, sehingga tracing atau pelacakan bisa segera dilakukan.

“Ini diharapkan akan lebih memperpendek lagi jarak pemeriksaan spesimen rumah sakit yang merawat menuju ke laboratorium yang kita tentukan. Harapan kita adalah makin cepat lagi kita melakukan pemeriksaan karena pemeriksaan PCR adalah pemeriksaan anti gen, sehingga interpretasinya adalah pasti, apakah seseorang itu terinfeksi atau pasti tidak terinfeksi. Ini bukan pemeriksaan anti bodi yang kita gunakan pada rapid test,” jelas.

Disamping itu, lembaga penelitian baik di Indonesia maupun di negara lain hingga saat ini kata Yuri masih terus berusaha untuk mempelajari tentang virus baru ini. Perlahan namun pasti diharapkan obat dan vaksin untuk virus COVID-19 ini bisa segera ditemukan.

“Kita masih belum mendapatkan satu pengobatan yang definitif, yang menjadi standar dunia, baik terkait dengan pengobatan maupun terkait dengan vaksin. Oleh karena itu upaya-upaya yang kita lakukan secara terus menerus, terkoordinasi dan kemudian terpadu dengan semua sistem ditujukan bukan hanya untuk menurunkan jumlah kematian pasien COVID-19, tetapi juga memutus mata rantai untuk mengurangi jumlah kasusnya,” paparnya.

Ia mengatakan bahwa sejauh ini, sudah ada lebih dari 6.500 spesimen/sampel yang dikirimkan ke 34 labolatorium di seluruh Indonesia yang digunakan untuk menguji dan kemudian digunakan untuk menentukan diagnosa dari pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction).

“Ini akan memakan, energi, sumber daya manusia yang cukup banyak dan ini terus akan kita lakukan. Komitmen kita ke depan akan lebih agresif lagi untuk menemukan kasus baru dan kemudian melakukan isolasi agar kemudian memutus secara tegas rantai penularan yang lebih luas di masyarakat,” pungkasnya. [gi/ab]

XS
SM
MD
LG