Tautan-tautan Akses

Kanselir Jerman: NATO Tidak Upayakan Perubahan Rezim di Rusia


Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, kiri, Presiden AS Joe Biden, kedua kiri dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, kanan depan, berbicara dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. (Foto: via AP)
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, kiri, Presiden AS Joe Biden, kedua kiri dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, kanan depan, berbicara dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. (Foto: via AP)

Perubahan rezim di Rusia bukanlah tujuan NATO, terlepas dari invasi Moskow ke Ukraina. Demikian seperti diungkapkan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Minggu (27/3), sehari setelah Presiden AS Joe Biden mencap Vladimir Putin sebagai “tukang jagal” yang “tidak bisa tetap berkuasa.”

Itu "bukan tujuan NATO, bukan pula tujuan presiden AS", kata Scholz kepada saluran televisi pemerintah Jerman, ARD.

Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara selama sesi anggaran majelis rendah parlemen Jerman, Bundestag, di Berlin, Jerman, 23 Maret 2022. (Foto: REUTERS/Lisi Niesner)
Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara selama sesi anggaran majelis rendah parlemen Jerman, Bundestag, di Berlin, Jerman, 23 Maret 2022. (Foto: REUTERS/Lisi Niesner)

"Saya memiliki kesempatan untuk berbicara panjang lebar dengannya di Gedung Putih dan kami juga telah mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini," tambahnya.

Gedung Putih bergerak cepat Sabtu untuk mengecilkan komentar Biden selama pidato berapi-api di Warsawa.

Setelah mengecam presiden Rusia sebagai "jagal" atas invasinya ke Ukraina, Biden mengatakan di akhir pidatonya: "Demi Tuhan, orang ini tidak bisa tetap berkuasa."

“Demokrasi, kebebasan dan keadilan memiliki masa depan di mana-mana,” kata Scholz pada hari Minggu.

“Tapi rakyat dan negara harus memperjuangkan kebebasan ini,” tambahnya.

Komentar Scholz itu disampaikan menyusul pernyataan sebelumnya, juga hari Minggu, oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, di mana ia memperingatkan akan terjadinya "eskalasi" verbal dengan Putin. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG