Tautan-tautan Akses

Kampus Khusus Difabel, Kesetaraan Pendidikan untuk Pelajar Berkebutuhan Khusus


Mahasiswa dengan beragam disabilitas bisa mendaftar di kampus MP WNBK PNJ. (Foto: Rendy Wicaksana)
Mahasiswa dengan beragam disabilitas bisa mendaftar di kampus MP WNBK PNJ. (Foto: Rendy Wicaksana)

Dengan semangat Ihsan Maulana Bahdan menggerakan tangan, kaki, dan tubuhnya mengikuti iringan musik yang diputar oleh guru tarinya. Badan Ihsan yang tergolong besar tidak menghalanginya mengikuti gerakan demi gerakan yang dicontohkan.

Dengan percaya diri Ihsan menari di barisan paling depan diantara dua mahasiswi lainnya yang juga tergabung dalam angkatan kelasnya di perkuliahan. Meski tidak luwes, Ihsan hafal betul tiap gerakan. Sesekali justru Ihsan yang mengingatkan gurunya soal gerakan yang sudah dilatih dalam beberapa pertemuan terakhir.

“Gampang sih ngikutin, tapi bikin kaya keringatan-keringatan gitu,” jawab anak bungsu dari 3 bersaudara ini ketika ditanya soal mata kuliah tari yang ia ikuti.

Ihsan dan teman seangkatannya di kelas tari WNBK PNJ
Ihsan dan teman seangkatannya di kelas tari WNBK PNJ

Ihsan adalah Warga Negara Berkebutuhan Khusus (WNBK) yang tengah menempuh perkuliahan vokasi jurusan manajemen pemasaran, konsentrasi seni, di Politeknik Negeri Jakarta (PNJ).

Ihsan sendiri merupakan penyandang autisme, sehingga kemampuan komunikasi dan interaksi sosialnya cenderung sulit dipahami. Namun ketika VOA mewawancarainya soal seni, Ihsan dengan antusias menceritakan kegemarannya dalam menyanyi dan menggambar.

“Saya ini suka menggambar, tapi yang saya suka itu adalah menggambar hantu, karena saya ini adalah horror lovers,” cerita Ihsan, seraya menunjukkan buku gambar berisi gambar-gambar berbagai jenis hantu, hasil karyanya. Gambar-gambarnya lengkap dengan nama dan deskripsinya. Mirip sebuah ensiklopedia. Ihsan juga hafal di luar kepala nama-nama hantu itu.

Gambar karya Ihsan, salah satu mahasiswa MP WNBK PNJ dan kegemarannya terhadap horor
Gambar karya Ihsan, salah satu mahasiswa MP WNBK PNJ dan kegemarannya terhadap horor

“Ini jenis hantu dari Malaysia. Contohnya ada hantu pontianak, langsuir, orang minyak, hantu kumkum, hantu bungkus, hantu kopek, pananggalan, nenek kebayan, hantu air, dan ini tuyul,” jelas Ihsan sambil menunjukkan buku gambarnya.

Kampus Negeri Difabel Pertama

Ihsan adalah satu dari 13 mahasiswa konsentrasi seni di Politeknik Negeri Jakarta. Sejak 2013, PNJ membangun sekolah vokasi setara D3 khusus untuk orang-orang berkebutuhan khusus. PNJ mengklaim sebagai kampus negeri pertama di Indonesia dan satu-satunya yang membuka kelas khusus untuk difabel.

Kampus PNJ WNBK juga sediakan konsentrasi komputer
Kampus PNJ WNBK juga sediakan konsentrasi komputer

Program Studi yang ditawarkan hanya satu, yakni manajemen pemasaran yang menawarkan beberapa konsentrasi seperti komputer, art and craft, desain grafis dan seni.

Kehadiran kampus ini disambut dengan sangat baik oleh Ratna yang menyekolahkan anaknya, Tyo, di PNJ. Ratna memang mengupayakan pendidikan terbaik untuk Tyo. Setelah ikut sekolah alam dan lulus dari home-schooling, Ratna berupaya mencari opsi pendidikan tinggi untuk anaknya.

“Kita tahu di luar sangat jarang sekali yang bisa menerima WNBK ini, kita tidak bisa menutup mata,” ujarnya. Berawal dari informasi sekolah Tyo sebelumnya, Ratna langsung mencari tahu soal kelas khusus WNBK PNJ dan bergegas mendaftarkan anaknya.

Berasal dari keluarga yang menyenangi kegiatan seni, Ratna mulai melihat potensi dan minat Tyo terhadap melukis berkembang setelah berkuliah di konsentrasi seni. Terlepas dari kesenian, Ratna mengaku perkuliahan sangat membantu Tyo, yang menyandang autisme dan slow learner, untuk meningkatkan kemampuannya berkomunikasi .

Tyo (kiri) mahasiswa WNBK PNJ dan ibunya, Ratna (kanan). (Foto: Rendy Wicaksana/VOA)
Tyo (kiri) mahasiswa WNBK PNJ dan ibunya, Ratna (kanan). (Foto: Rendy Wicaksana/VOA)

“Dia (awalnya) tidak bisa mencerna kata-kata yang disampaikan orang yang mengajak dia berbicara. Tapi setelah ada satu tahun dia mulai belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain dari bahasa yang lebih sederhana jadi bahasa yang lebih kompleks, dan dia punya keberanian untuk bersosialisasi yang lebih luas lagi,” kata Ratna

Kurikulum Dinamis

Kampus ini terbuka untuk berbagai mahasiswa difabel, sehingga keterbatasan yang dimiliki juga beragam. Tenaga pengajar pun sengaja membuat kurikulum perkuliahan yang cenderung dinamis setiap tahunnya, menyesuaikan dengan kebutuhan dan pendekatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa yang tergabung dalam tahun tersebut.

“Ada istilah individual education program. Kami menangani anak (dengan) pendekatan setiap orang beda-beda. Jadi dosen harus tahu betul kebutuhannya apa dan harus diarahkannya seperti apa,” jelas Fachrizal Muhsein, pengajar seni pertunjukkan di kampus ini.

Durasi perkuliahan D3 program studi manajemen pemasaran WNBK ini sama seperti program D3 pada umumnya, yaitu tiga tahun dan diakhiri dengan skripsi. Bagi para mahasiswa WNBK, presentasi di muka persidangan bukan perkara sederhana. Seringkali presentasi disiapkan dengan begitu seriusnya.

“Mereka seperti berhadapan dengan klien. Malamnya mereka pusing sekali mikirin dialog apa yang mesti disampaikan di persidangan,” kata Fachrizal.

Rizal menyatakan bahwa semua mahasiswa hampir dipastikan lulus. Tujuan utama persidangan bukan menuntut kesempurnaan gagasan dan teknik presentasi, melainkan untuk membiasakan mahasiswanya berkomunikasi sebagai bekal kerjanya selepas wisuda. [rw/ft]

XS
SM
MD
LG