Tautan-tautan Akses

Dana Pemulihan Pasca-Gempa Yogyakarta Berhasil Revitalisasi 15.000 UMKM


Seorang korban gempa menyisir puing-puing reruntuhan rumahnya di Bantul, Yogyakarta tahun 2006 silam (foto: dok).
Seorang korban gempa menyisir puing-puing reruntuhan rumahnya di Bantul, Yogyakarta tahun 2006 silam (foto: dok).

Java Reconstruction Fund (JRF) atau dana hibah multidonor untuk program pemulihan pasca gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang dimulai lima tahun lalu menyelesaikan dua proyeknya terkait mata pencaharian pada akhir bulan Juni ini. Kedua proyek tersebut dijalankan oleh Organisasi Internasional Migrasi (IOM) dan Lembaga Kerjasama Internasional Jerman (GIZ), dan Bank Dunia sebagai wali amanah.

Java Reconstruction Fund (JRF) dengan dana sebesar 94 juta Dolar AS dibiayai tujuh donor yaitu Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Kanada, Finlandia, Denmark dan Bank Pembangunan Asia, ADB.

Dalam dua tahun terakhir JRF telah membantu merevitalisasi 15.000 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di 42 desa di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta yang terkena dampak gempa 27 Mei 2006 dan meningkatkan pertumbuhan usaha mikro dan kecil baru.

Bantuan yang diberikan berupa pinjaman bergulir, penggantian aset usaha yang rusak akibat gempa, serta pendampingan pengembangan bisnis dan pemasaran. Kelompok perempuan pembatik desa Kebon dan perajin tenun desa Puluhan Kabupaten Klaten adalah penerima bantuan tersebut.

Seorang pembatik desa Kebon, Ibu Sri mengatakan, "Tambahan pendapatan kami tinggi sekali. Yang tadinya kami buruh mbatik itu satu lembar paling hanya dihargai 8.000 sampai 10.000, sekarang kami itu dihargainya 40.000 sampai 50.000 untuk pekerjaan yang sama."

Sementara itu, Sugimin, seorang penenun dari desa Puluhan Klaten mengatakan, “Bantuan JRF berupa peralatan tenun lengkap, dari bahan, pewarnaan sampai teknik-teknik pembuatan atau pewarnaan sampai jadi kain dan sampai pemasaran sampai sekarang ini."

Frank Pohl, team leader GIZ di Yogyakarta mengatakan, selain membantu meningkatkan UMKM, GIZ juga bekerjasama dengan sejumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Yogyakarta untuk mengatasi kredit macet. Lebih lanjut ia mengatakan, “Tujuh puluh persen dari UMKM yang bekerjasama dengan kita sudah naik pendapatannya. Kita bekerjasama dengan 12 BPR di wilayah Yogyakarta, di mana ada kira-kira ada 800 kredit macet. Kita menganalisa dan kita cari jalan keluar, sekarang sudah 310 yang oleh bank dilihat sudah layak untuk dikasih lagi kredit."

Johan Grunderg, manajer program IOM mengemukakan, selain membantu pemberdayaan ekonomi warga, IOM juga memberikan dampingan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana. Menurut Grunderg, masih ada proyek lanjutan untuk menjamin keberlangsungan program yang sudah dilaksanakan di masyarakat.

Lebih lanjut ia mengatakan, “Setelah program IOM dan GIZ selesai masih ada kesepakatan untuk melanjutkan berbagai program. Kita juga terlibat di Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), di Bantul maupun di Klaten, wilayah yang sudah kita mulai dalam konteks JRF dan nanti akan ada lanjutan programnya."

Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) Suprayoga Hadi mengatakan, JRF juga mendukung proyek rehabilitasi dan rekonstruksi pemukiman berbasis masyarakat. Proyek-proyek JRF merupakan model yang akan terus dilanjutkan. Ia mengatakan, “Untuk pemulihan di Yogya ini, dibutuhkan dana sebesar 29 triliun rupiah. Pemerintah hanya bertanggung jawab atas 11,7 triliun (rupiah), sementara JRF bertanggung jawab atas 94 juta dolar atau kurang dari 1 triliun (rupiah). Jadi, sebenarnya ini hanya sebagian kecil dari proses pemulihan secara keseluruhan. Ini merupakan satu model yang harusnya nanti dikembangkan oleh masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat."

XS
SM
MD
LG