Tautan-tautan Akses

Jerman Tinjau Kembali Dokumen soal Data Ribuan Anggota ISIS


Dua warga Jerman yang dituduh berperang membantu kelompok ISIS menutupi wajahnya ketika sidang pengadilan di Calle, Jerman tahun lalu (foto: dok).
Dua warga Jerman yang dituduh berperang membantu kelompok ISIS menutupi wajahnya ketika sidang pengadilan di Calle, Jerman tahun lalu (foto: dok).

Dokumen yang merinci nama, informasi kontak, tempat asal dan informasi rekrutmen mengenai jihadis itu diperoleh pihak berwenang Jerman dari seorang mantan anggota ISIS yang kecewa.

Dokumen curian yang dikabarkan memuat data pribadi 22 ribu warga asing yang menjadi anggota kelompok militan ISIS kini berada di tangan pihak berwenang Jerman, kata polisi Jerman hari Kamis (10/3).

Dokumen-dokumen itu dapat membantu melacak dan memproses hukum anggota ISIS, kata Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere.

Sebelumnya, Sky News Inggris melaporkan bahwa dokumen-dokumen yang merinci nama, informasi kontak, tempat asal dan informasi rekrutmen mengenai jihadis itu diperoleh badan penyiaran itu dari seorang mantan anggota yang kecewa.

Lelaki, yang mengaku bernama Abu Hamed kepada Sky News itu mengatakan, ia mencuri sebuah memory stick yang memuat dokumen-dokumen dari kepala polisi keamanan internal ISIS. Ia mengatakan keluar dari organisasi teroris itu karena ISIS tidak lagi mengikuti pedoman Islam. Hamed mengatakan kepada seorang wartawan Sky News bahwa ia berharap dokumen-dokumen tersebut dapat membantu melumpuhkan organisasi itu.

Dokumen-dokumen itu diduga berupa sekumpulan data rekrutmen jihadis dari 51 negara dan memuat 23 pertanyaan yang harus dijawab agar seseorang diterima menjadi anggota ISIS. Sky News melaporkan dokumen tersebut memuat nama-nama ekstremis yang tidak diketahui sebelumnya.

Namun, ada sejumlah pertanyaan mengenai keaslian dokumen tersebut. Para analis mengatakan kepada kantor berita Perancis bahwa dokumen itu mengandung inkonsistensi, menggunakan bahasa yang tidak biasa dan logo-logo dalam dokumen yang biasanya merupakan tanda pemalsuan.

Charlie Winter, peneliti di Georgia State University mengatakan kepada AFP hal tersebut membuatnya waspada. Ia pernah melihat banyak inkonsistensi pada dokumen seperti itu pada masa lalu, dan ternyata dokumen itu memang benar-benar dokumen palsu yang dibuat dengan buruk.

Situs oposisi Wuriah Zaman al-Wasl juga menyatakan ada ribuan pengulangan di dokumen itu.

Polisi Jerman sedang mengevaluasi dokumen itu.

Jurubicara Perdana Menteri Inggris David Cameron, hari Kamis mengatakan kepada para wartawan bahwa yang penting sekarang ini adalah pihak berwenang dapat melihat bagaimana informasi tersebut dapat digunakan dalam perang melawan ISIS. [uh]

XS
SM
MD
LG