Tautan-tautan Akses

Jerman Alami Gelombang Wabah ke-3 COVID-19


Area perbelanjaan utama di pusat kota Essen, Jerman, terlihat sepi akibat pembatasan di tengah pandemi COVID-19, 11 Maret 2021. (REUTERS / Wolfgang Rattay)
Area perbelanjaan utama di pusat kota Essen, Jerman, terlihat sepi akibat pembatasan di tengah pandemi COVID-19, 11 Maret 2021. (REUTERS / Wolfgang Rattay)

Para pejabat kesehatan Jerman, Jumat (12/3) memperingatkan negara itu menghadapi gelombang ketiga infeksi virus corona, dan virus yang disebut sebagai varian Inggris mungkin menjadi penyebabnya.

Pada konferensi pers di Berlin, Lothar Wieler Presiden Robert Koch Institute for Infectious Diseases mengatakan kepada wartawan bahwa varian COVID-B117, yang awalnya diidentifikasi di Inggris, menyebar dengan cepat di negara itu, dan mungkin menggerakkan lonjakan terbaru, dengan kasus baru pada hari Jumat merupakan yang tertinggi di Jerman dalam satu bulan ini.

Wieler mengatakan vaksinasi dapat membantu virus itu terkendali tetapi masyarakat harus tetap mempraktikkan social distancing dan langkah-langkah lainnya. Ia mengatakan, “virus tidak akan menghilang lagi, tetapi kita telah memiliki tingkat imunitas dasar di tengah masyarakat, kita dapat mengontrol virus.”

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn (kanan) dan Lothar H. Wieler (kiri) presiden Robert-Koch-Institute, dalam konferensi pers di Berlin, Jerman, Jumat, 12 Maret 2021. (AP Photo / Michael Sohn)
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn (kanan) dan Lothar H. Wieler (kiri) presiden Robert-Koch-Institute, dalam konferensi pers di Berlin, Jerman, Jumat, 12 Maret 2021. (AP Photo / Michael Sohn)

Pada konferensi pers yang sama, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan negara itu harus bersiap untuk “menghadapi beberapa pekan mendatang yang sangat menantang.”

Spahn menyatakan penyesalan karena beberapa negara tetangga telah menghentikan penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca menyusul laporan penggumpalan darah pada sejumlah penerima vaksin itu, meskipun masih kurang bukti bahwa vaksin itu penyebabnya.

Spahn mengatakan meskipun Jerman menerima laporan mengenai kemungkinan efek samping akibat itu vaksin itu “dengan sangat, sangat serius,” Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) dan badan pengawas vaksin Jerman sendiri telah menyatakan mereka tidak memiliki bukti mengenai peningkatan penggumpalan darah yang berbahaya, yang ada kaitannya dengan vaksin.

Warga mengenakan masker saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah di Frankfurt, Jerman, Jumat, 12 Maret 2021, di tengah meningkatnya kasus infeksi COVID-19. (Foto AP / Michael Probst)
Warga mengenakan masker saat menunggu kereta di stasiun kereta bawah tanah di Frankfurt, Jerman, Jumat, 12 Maret 2021, di tengah meningkatnya kasus infeksi COVID-19. (Foto AP / Michael Probst)

Denmark, Kamis (11/3) mengumumkan tentang penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca setelah ada laporan mengenai penggumpalan darah pada beberapa orang. Austria melakukan hal yang sama sebelumnya pekan ini. Setelah menyelidiki kasus-kasus di Austria, EMA mengeluarkan pernyataan hari Rabu yang menyebutkan tidak menemukan indikasi bahwa vaksin itu penyebab kondisi tersebut.

EMA menyatakan “manfaat vaksin terus melampaui risikonya dan vaksin dapat terus diberikan” sementara evaluasi yang lebih cermat terhadap kasus-kasus penggumpalan darah berlanjut. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG