Tautan-tautan Akses

Jenderal AS di Korsel: Klaim Bebas Virus Corona Korut ‘Mustahil’


Para pejalan kaki mengenakan mengenakan masker untuk pelindung diri dalam menghadapi wabah virus corona di Pyongyang, Korea Utara, 1 April 2020.
Para pejalan kaki mengenakan mengenakan masker untuk pelindung diri dalam menghadapi wabah virus corona di Pyongyang, Korea Utara, 1 April 2020.

Jenderal senior AS di Korea Selatan menyatakan ia tidak dapat menerima klaim Korea Utara bahwa di negara itu tidak terdapat kasus virus corona.

“Saya dapat katakan ini adalah klaim yang mustahil berdasarkan semua data intelijen yang telah kami lihat,” kata Jenderal Robert Abrams kepada VOA dan jaringan berita kabel berbasis di Amerika CNN dalam wawancara bersama hari Kamis (2/4).

Korea Utara telah berkali-kali menegaskan bahwa negara itu bebas virus corona, bahkan ketika penyakit ini berkecamuk di negara-negara di berbagai penjuru dunia.

"Kami tidak akan mengungkapkan sumber dan metode kami. Tetapi itu tidak benar. Berapa banyaknya, saya tidak dapat beritahu Anda,” kata Abram.

Korea Utara menutup perbatasannya akhir Januari, tidak lama setelah virus corona muncul di negara tetangganya, China. Tetapi menutup sepenuhnya perbatasan dengan China hampir tidak mungkin, karena ekonomi Korea Utara bergantung pada perdagangan formal maupun informal dengan China.

Abrams mengatakan militer Korea Utara juga “ditutup” selama sekitar 30 hari pada bulan Februari dan awal Maret. “Mereka mengambil langkah sangat keras di perlintasan perbatasan mereka dan di dalam kalangan mereka sendiri untuk melakukan persis apa yang dilakukan semua orang, yaitu menghentikan penyebaran virus,” ujarnya.

Wabah besar dapat menimbulkan bencana kemanusiaan di Korea Utara, yang kekurangan pasokan medis dan infrastruktur yang memadai.

Korea Utara sendiri menyebut pencegahan wabah virus corona sebagai masalah “kelangsungan hidup nasional” dan memberlakukan langkah-langkah karantina yang ketat. Media pemerintah telah menggambarkan upaya-upaya ini berhasil serratus persen dan malah menyoroti kematian di negara-negara lain.

Dengan fokus dunia pada virus corona, Korea Utara juga telah melakukan uji coba misil dalam jumlah yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Bulan lalu negara itu menguji delapan misil balistik jarak dekat, rekor tertinggi bagi negara itu.

“Semua yang mereka lakukan menciptakan ketegangan yang meningkat,” kata Abrams mengenai uji coba tersebut, yang ia katakan merupakan bagian dari rencana empat – atau lima - tahun Korea Utara untuk membuat misil berbahan bakar padat dengan akurasi yang ditingkatkan. “Jika mereka menguasainya, maka membuat misil jenis ini operasional sepenuhnya, ini akan meningkatkan ancaman terhadap Korea Selatan dan negara-negara lain di seluruh kawasan.”

Korea Utara dilarang melakukan aktivitas misil balistik apapun berdasarkan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Tetapi Presiden AS Donald Trump mengatakan ia tidak khawatir mengeani uji misil jarak pendek Korea Utara. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG