Tautan-tautan Akses

Israel Dukung Referendum Kemerdekaan Kurdi, Hubungan dengan Turki Bisa Memburuk


Warga Kurdi berbincang di warung kopi di jalanan Irbil, Kurdistan Rabu (20/) beberapa hari menjelang rencana referendum kemerdekaan Kurdi-Irak hari Senin 25 September. Pemerintah otonomi Kurdistan bertekad tetap melaksanakan referendum, meskipun sudah ditangguhkan oleh Mahkamah Agung Irak.
Warga Kurdi berbincang di warung kopi di jalanan Irbil, Kurdistan Rabu (20/) beberapa hari menjelang rencana referendum kemerdekaan Kurdi-Irak hari Senin 25 September. Pemerintah otonomi Kurdistan bertekad tetap melaksanakan referendum, meskipun sudah ditangguhkan oleh Mahkamah Agung Irak.

Dukungan Israel untuk referendum kemerdekaan Kurdi-Irak yang direncakan akan dilakukan Senin (25/9) depan, besar kemungkinan akan menimbulkan ketegangan dalam hubungan dengan Turki yang baru pulih belum lama ini. Ankara telah mengutuk rencana referendum kemerdekaan itu dan memperingatkan adanya konsekuensi-konsekuensi untuk kawasan.

Dukungan Israel untuk hak menentukan nasib sendiri warga Kurdi Irak bertubrukan dengan kepentingan Turki. Israel sejak lama melihat Kurdi di kawasan sebagai wilayah penyangga dari ancaman dari Iran dan Arab, tetapi, karena Turki memiliki warga minoritas Kurdi yang resah, dukungan Israel untuk referendum itu dikecam keras oleh Turki.

Aydin Selcen, mantan diplomat Turki yang pernah bertugas di berbagai tempat di kawasan, mengatakan tanggapan Ankara dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menunjukkan pengekangan diri.

"Dalam media pemerintah, banyak artikel yang mengatakan, lihat, Israel mendukung kemerdekaan Kurdi. Tetapi yang harus diikuti adalah reaksi praktis Ankara, bukan apa yang dilaporkan media pemerintah. Saya juga tidak mendengar apapun dari mulut Erdogan yang menarget Israel terkait isu ini,” kata Selcen.

Israel and Turki belum lama ini memulihkan hubungan diplomatik setelah upaya pendekatan pasca-insiden tahun 2010 dimana pasukan komando Israel membunuh 10 warga Turki yang berusaha mendobrak blokade ekonomi yang diberlakukan Israel terhadap Gaza. Tetapi kecurigaan Turki terkait hubungan Israel dengan orang Kurdi di kawasan meningkat bulan ini ketika mantan Jenderal senior Israel Yair Golan menyatakan pemberontak Kurdi, PKK, yang telah mengangkat senjata terhadap pemerintah Turki selama puluhan tahun, bukan organisasi teroris. Washington dan Uni Eropa telah menyatakan PKK sebagai kelompok teroris.

Pernyataan itu memicu reaksi keras Ankara; namun mantan diplomat Turki Selcen mengatakan tanggapan cepat dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan bahwa kedua pihak berkomitmen untuk bekerja sama meskipun berbeda pendapat.

"Netanyahu mengeluarkan pernyataan bahwa PKK adalah organisasi teroris; tetapi, sebuah negara Kurdi independen adalah baik bagi kepentingan kawasan; Israel membutuhkan aliansi ini sebagaimana Turki membutuhkannya karena berbagai alasan, tetapi keduanya membutuhkannya. Itulah mengapa mereka memperbaiki hubungan. Ada ketegangan di dalam Israel sendiri, tetapi kedua pihak sekarang berjalan dengan persahabatan dan hubungan baru, dan mereka tidak akan memutus hubungan diplomatik, seperti sebelumnya gara-gara isu Kurdistan,” tambah Selcen.

Analis memperingatkan jika Israel menunjukkan dukungannya kepada Kurdi Irak dengan tindakan, besar kemungkinan itu akan membuat hubungan dengan Ankara tegang, tidak soal apapun kepentingan bersama mereka yang lebih luas. [ds]

XS
SM
MD
LG