Tautan-tautan Akses

Iran Bebaskan Seluruh Warga Filipina yang Jadi Awak Kapal Tanker yang Disita


Kapal tanker minyak St Nikolas X1 yang terlibat dalam perselisihan AS-Iran di Teluk Oman yang menurut media pemerintah disita, terlihat di teluk Tokyo, Jepang, 4 Oktober 2020. (Daisuke Nimura/Handout via REUTERS)
Kapal tanker minyak St Nikolas X1 yang terlibat dalam perselisihan AS-Iran di Teluk Oman yang menurut media pemerintah disita, terlihat di teluk Tokyo, Jepang, 4 Oktober 2020. (Daisuke Nimura/Handout via REUTERS)

Filipina, Rabu (27/3) mengatakan bahwa Iran telah membebaskan 18 warga Filipina yang menjadi awak kapal tanker minyak yang disita di Teluk Oman tiga bulan lalu.

Angkatan Laut Iran menyita kapal St.Nikolas milik Yunani, yang membawa 19 awak, di lepas pantai Oman, pada Januari. Satu-satunya awak yang berkewarganegaraan Yunani dibebaskan pada minggu berikutnya.

Teheran mulai membebaskan awak kapal asal Filipina secara bertahap pada akhir Januari setelah awak pengganti direkrut dari Rusia dan negara-negara lain, kata Wakil Menteri Luar Negeri Filipina Eduardo de Vega kepada AFP.
"Mereka bukan sandera... tapi mereka tidak diizinkan pergi tanpa pengganti," kata de Vega tentang awak kapal asal Filipina tersebut.

Awak berkewarganegaraan Filipina yang terakhir kembali ke Manila minggu lalu, tambahnya.

Kapal berbendera Kepulauan Marshall itu membawa 145.000 ton minyak dari Irak dan menuju Turki ketika disita. Kapal ini berlabuh di sekitar pelabuhan Bandar Abbas di Iran.

Media pemerintah Iran mengatakan penyitaan itu sebagai pembalasan atas "pencurian" minyak Iran oleh Amerika Serikat dari kapal tanker yang sama, yang saat itu bernama Suez Rajan.

Sanksi AS yang melumpuhkan, yang diterapkan kembali setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir penting pada tahun 2018, menargetkan penjualan minyak dan petrokimia Iran dalam upaya mengurangi ekspor energi Iran.

Manila saat ini masih mengupayakan pembebasan 17 warga Filipina yang disandera oleh kelompok Houthi Yaman yang didukung Iran pada bulan November setelah pemberontak menyita kapal mereka di Laut Merah.

Dalam insiden terpisah, dua awak kapal asal Filipina tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan rudal Houthi terhadap kapal mereka di Teluk Aden pada 6 Maret.

Kelompok Houthi mulai menyerang kapal-kapal di Teluk Aden dan Laut Merah pada November lalu, sebuah kampanye yang menurut mereka dimaksudkan untuk menandakan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.

De Vega mengatakan Manila “terdorong oleh perkembangan seperti resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza”. “Mudah-mudahan ada perdamaian di Timur Tengah dan Houthi membebaskan mereka (pelaut Filipina),” ujarnya. [ab/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG