Tautan-tautan Akses

Irak Adakan Pemilu Pertama Sejak Mundurnya Militer AS


Para pemilih Irak memberikan suara di salah satu TPS di Baghdad, Sabtu (20/4).
Para pemilih Irak memberikan suara di salah satu TPS di Baghdad, Sabtu (20/4).

Rakyat Irak hari Sabtu memberikan suara mereka dalam pemilu pertama di negara itu sejak penarikan militer Amerika tahun 2011.

Para pemilih Irak memberikan suara untuk pejabat lokal di 12 dari 18 provinsi Irak. Pemilu dilaksanakan di bawah penjagaan keamanan yang ketat, untuk mencegah kemungkinan kekerasan yang dilakukan oleh Al Qaida.

Sekitar 8.000 kandidat lokal mencalonkan diri untuk menduduki 378 posisi di dewan provinsi. Penghitungan suara diperkirakan dimulai hari Minggu.

Walau tidak mempengaruhi kepemimpinan nasional, Pemilu itu dipandang sebagai barometer popularitas Perdana Menteri Nouri al-Maliki menjelang pemilihan parlemen tahun depan. Politisi Sunni saingannya menuntutnya mundur, ditengah protes rakyat yang menentangnya di bagian barat Irak.

Tidak ada kekerasan besar dilaporkan hari Sabtu, meskipun ada kekhawatiran meluas bahwa gerilyawan Sunni mungkin akan mencoba mengacaukan pemungutan suara. Pemilu itu ditunda sampai waktu yang ditetapkan nanti di dua provinsi Irak dengan alasan keamanan karena berlangsungnya kekerasan sektarian.

Tidak ada kekerasan besar dilaporkan hari Sabtu, mengutip sebuah pernyataan Kedutaan Amerika yang memberi ucapan selamat kepada rakyat Irak “untuk menguatkan janji mereka bagi demokrasi dan masa depan yang bebas dari ketakutan dan ancaman”.

Pernyataan itu juga mengatakan, pemilu hari Sabtu itu juga untuk memilih pejabat lokal “suatu langkah yang jelas dan penolakan yang kuat terhadap kekerasan kaum ekstrimis” di belakang pemboman sebelum pemilu, yang menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai sekitar 200 lainnya dalam seminggu terakhir.

Pemilu dibatasi untuk 12 dari 18 provinsi Irak, menyusul ketidaksepakatan politik di empat propinsi, dan setelah pihak berwenang bulan lalu menunda pemilu di daerah yang berpenduduk mayoritas Sunni, di provinsi Anbar dan Ninewa.

Penundaan pemilu di Propinsi Anbar dan Ninewa, tempat demonstrasi anti pemerintah baru-bari ini, telah menimbulkan pertanyaan tentang motif pemerintahan Perdana Menteri, Nouri Al Maliki dari golongan Syiah, yang melakukan penundaan itu.

Hari Jumat, setidaknya delapan orang tewas ketika tembakan mortir menghantam masjid Sunni di desa dekat Khalis. Bom juga meledak di dalam masjid Syiah di Kirkuk, menewaskan setidaknya satu orang.

Kedutaan Amerika mendesak pemerintah di Bagdad agar menjadwal ulang pemilu sesegera mungkin.
XS
SM
MD
LG