Tautan-tautan Akses

Indonesia Tampilkan "Archipelageek" di Festival SXSW, Austin


Arekha Bentang, Chief Operating Officer Mycotech tengah menjelaskan teknologi yang mereka ciptakan pada pengunjung SXSW di Austin, Texas, AS.
Arekha Bentang, Chief Operating Officer Mycotech tengah menjelaskan teknologi yang mereka ciptakan pada pengunjung SXSW di Austin, Texas, AS.

Delapan startup atau perusahaan rintisan Indonesia hadir di SXSW (South by Southwest) di Austin, Texas, Amerika minggu ini untuk memperkenalkan industri kreatif Indonesia ke dunia internasional.

Ke-delapan startup tersebut adalah Mycotech, Seruni Audio, Kata.ai, Squline, Vestifarm, Saft7Robotics, Minikino, dan Digital Happiness. Lewat pavilion Indonesia yang bertajuk Archilepageek, perusahaan-perusahaan rintisan ini menampilkan beragam inovasi.

Contohnya Mycotech, perusahaan rintisan di bidang bioteknologi, dengan inovasinya berupa material atau bahan bangunan yang terbuat dari limbah pertanian dan jamur. Menurut Arekha Bentang, Chief Operating Officer Mycotech, material yang diproduksi mereka ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan karena menggunakan teknologi mycelium jamur yang menggantikan perekat buatan kimia. "Material yang kami produksi ini bisa dipakai untuk menggantikan kayu dan particle board yang biasa digunakan untuk membuat furnitur. Selain itu, kami juga tengah mengembangkan material dari jamur untuk membuat isolator dan papan akustik untuk bangunan yang biasa dipakai di Eropa," tambahnya.

Sementara startup berbasis artificial intelligence, Kata.ai, memamerkan chatbot berbahasa Indonesia yang bisa digunakan di berbagai aplikasi pengiriman pesan untuk memenuhi kebutuhan layanan pelanggan, pemasaran dan penjualan perusahaan.

Irzan Raditya, CEO Kata.ai menjelaskan chatbot ciptaan mereka kepada pengunjung SXSW.
Irzan Raditya, CEO Kata.ai menjelaskan chatbot ciptaan mereka kepada pengunjung SXSW.

​Mycotech dan Kata.ai bisa berpartisipasi di SXSW setelah menyambut undangan terbuka bagi startup Indonesia dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Menurut Bekraf, partisipasi Indonesia di SXSW ini untuk memajukan industri kreatif Indonesia dan memberikan exposure bagi perusahaan-perusahaan rintisan yang berpotensi besar ke dunia internasional.

​Di bidang industri musik, Seruni Audio terpilih untuk mewakili Indonesia. Perusahaan ini memproduksi clip-on microphone untuk alat musik akustik. Seruni Audio yang berbasis di Yogya ini berdiri pada tahun 2015 untuk menjawab kebutuhan musisi lokal yang kesulitan mendapatkan microphone dengan harga terjangkau dan kualitas bagus.

Musisi AS tampil di pavilion Indonesia menggunakan microphone produksi Seruni Audio.
Musisi AS tampil di pavilion Indonesia menggunakan microphone produksi Seruni Audio.

Kesempatan Kolaborasi dengan Mitra Internasional

Perusahaan rintisan ini berangkat ke Amerika dengan bantuan dana dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Menurut Boni Pudjianto, Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf, kehadiran perusahaan rintisan di SXSW ini diharapkan bisa membuka jalan bagi mereka agar bisa mendapatkan mitra usaha di pasar internasional khususnya Amerika. "Kami juga membuka kemungkinan agar mereka membangun kerjasama bisnis baik yang sifatnya investasi atau kolaborasi kerja dengan partner mereka, agar kontribusi dari ekonomi kreatif semakin tinggi," tambah Boni.

Harapan yang sama juga diutarakan oleh Arekha. Ia ingin memperkenalkan ke masyarakat di AS bahwa Indonesia tidak hanya konsumen di bidang teknologi saja, tapi juga terlibat dalam riset dan mengembangkan teknologi sendiri. Lewat kehadirannya di SXSW ini Arekha berharap Mycotech tidak hanya menjual komoditas, tapi justru bisa menjual teknologi yang mereka ciptakan. "Kita berusaha melebarkan paten sampai ke AS agar lisensi produk kita bisa terjual di Amerika," jelas Arekha. Di Indonesia sendiri, Mycotech telah mendaftarkan paten mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Firmansyah Saftari. Pendiri Saft7Robotic ini berharap kehadirannya bisa memperlihatkan ke dunia internasional bahwa Indonesia punya produk robot edukasi. Ia mengaku banyak yang tertarik untuk membeli produk mereka, khususnya dari pihak universitas atau pemasok kebutuhan universitas. "Jadi vendor yang memasukkan robotic parts atau produk ke universitas atau ke lab, mereka sudah mulai menanyakan dan bahkan mau mengatur transportasinya," papar Saftari.

Tomy Yunus Tjen, CEO Squline, platform kursus bahasa online yang menghubungkan siswa di Indonesia dengan guru asing, langsung dari negara asalnya mengatakan, ia telah bertemu dengan beberapa mitra potensial. "Contohnya ada yang membuat digital avatar, jadi teacher kita dijadikan kartun, atau bisa dijadikan artis, untuk lucu-lucuan. Teknologinya AR jadi bisa diaplikasikan juga di kelas online kita. Ada juga software video call yang menawarkan bandwidth yang lebih kecil dan cepat koneksinya, harganya juga lebih murah," jelas Tomy.

Pengunjung pavilion Indonesia di SXSW di Austin, Texas, AS, belajar bahasa Indonesia lewat media online milik Squline.
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:00:06 0:00

Pengunjung pavilion Indonesia di SXSW di Austin, Texas, AS, belajar bahasa Indonesia lewat media online milik Squline.

Inspirasi dari Industri Kreatif Internasional

Ajang SXSW ini juga menjadi kesempatan bagi para perusahaan rintisan untuk belajar dari sesama pelaku industri kreatif dari negara lain.

Saftari mengaku ia terinspirasi untuk menyajikan robot edukasinya dengan kemasan yang lebih bagus dan menarik. Menurutnya, pemain industri kreatif Amerika sangat kreatif dalam mengemas produk mereka. "Kita belajar dari pelaku industri kreatif Amerika, mereka bagus presentasinya, cara mengemasnya. Padahal ternyata produknya biasa aja. Tapi dengan appearance yang bagus jadi ‘wow.’ Nah kita perlu belajar dari itu," ujar Saftari.

Delegasi Indonesia Buat Kagum Pengunjung SXSW

Kehadiran Indonesia yang kedua kalinya di SXSW ini menarik perhatian para pengunjung dari berbagai negara. Matteos dari Sao Paolo, Brazil, mengaku kagum dengan robot yang dibuat oleh Saft7Robotics. Ia mengatakan, "Menarik sekali melihat bagaimana Indonesia berpikir tentang masa depan. Robot ini menarik sekali."

Saft7Robotics berdiri dua tahun lalu dan perusahaannya fokus pada produksi robot edukasi. Menurut Saftari, Saft7Robotics ingin menonjolkan robot edukasi yang harganya terjangkau. Saftari mengaku bangga dengan reaksi para pengunjung yang sebagian besar sangat kagum dengan robot yang merekabuat. "Ternyata teman-teman dari negara Jepang yang juga banyak hadir di sini, begitu melihat robot kita jadi terpesona. Padahal mereka terkenal dengan negara robot. Ini membuat kita tertantang, berarti produk kita tidak kalah dengan produk canggih yang ada di SXSW ini," tambahnya.​

Pengunjung SXSW memainkan robot edukasi produksi perusahaan rintisan Saft7Robotics.
Pengunjung SXSW memainkan robot edukasi produksi perusahaan rintisan Saft7Robotics.

Efek Rumah Kaca dan Kimokal Tampil di Festival Musik SXSW

Selain perusahaan rintisan, beberapa musisi Indonesia juga ikut hadir di acara ini. Band Efek Rumah Kaca dan duo elektronik pop Kimokal akan tampil dalam festival musik SXSW tahun ini. Efek Rumah Kaca dijadwalkan tampil pada 16 Maret, sementara Kimokal pada 17 Maret. Namun berbeda dengan delegasi perusahaan rintisan, kehadiran mereka di SXSW tidak melalui bantuan dana dari Bekraf.

SXSW pertama kali diadakan pada tahun 1987 dalam format festival musik. Kini, acara tahunan yang menyoroti tentang perkembangan media interaktif dan konvergensinya dengan industri musik dan film ini, juga menyelenggarakan konferensi yang membahas tren-tren teknologi khususnya di bidang industri kreatif yang mencakup film, musik, kuliner, fashion dan gaya hidup sehat. Selain membahas tren-tren teknologi, SXSW juga menampilkan pembicara-pembicara dari sektor pemerintah dan jurnalisme.

SXSW berlangsung pada 9 Maret sampai 18 Maret 2018.

XS
SM
MD
LG