Tautan-tautan Akses

India Laporkan Lebih dari 259 Ribu Kasus Baru COVID-19


Staf ambulans mengenakan pakaian pelindung diri (APD) membawa jenazah yang meninggal akibat COVID-19, di dalam krematorium di New Delhi, 21 Mei 2021. (Foto: Prakash SINGH / AFP)
Staf ambulans mengenakan pakaian pelindung diri (APD) membawa jenazah yang meninggal akibat COVID-19, di dalam krematorium di New Delhi, 21 Mei 2021. (Foto: Prakash SINGH / AFP)

Kementerian Kesehatan India melaporkan 259.591 kasus baru COVID-19 hari Jumat dalam periode 24 jam sebelumnya. Negara Asia Selatan ini juga melaporkan lebih dari 4.000 kematian.

Johns Hopkins Coronavirus Resource Center menyatakan India memiliki 26 juta dari 165,5 juta kasus di seluruh dunia. Hanya AS yang mencatat lebih banyak kasus, 33 juta.

Presiden Argentina Alberto Fernandez menyampaikan pesan yang direkam dari Casa Rosada di Buenos Aires pada 20 Mei 2021. (ESTEBAN COLLAZO / Argentinian Presidency / AFP)
Presiden Argentina Alberto Fernandez menyampaikan pesan yang direkam dari Casa Rosada di Buenos Aires pada 20 Mei 2021. (ESTEBAN COLLAZO / Argentinian Presidency / AFP)

Argentina akan memulai lockdown ketat mulai Sabtu (22/5) hingga 31 Mei.

“Kami melihat angka tertinggi kasus dan kematian. Kita harus menanggapi situasi kritis ini dengan serius dan tidak membiarkan tragedi semacam ini sebagai hal yang alami,” kata Presiden Alberto Fernández hari Kamis (20/5) dalam pidato yang ditayangkan televisi. Johns Hopkins melaporkan bahwa Argentina memiliki 3,4 juta kasus COVID.

Pakar penyakit menular terkemuka AS mengatakan kepada harian the Washington Post bahwa menurutnya Amerika dapat menghindari lonjakan kasus COVID lainnya. Anthony Fauci mengatakan bahwa jika negara ini mencapai sasaran Presiden Joe Biden, yakni 70 persen orang dewasa divaksinasi dengan sedikitnya satu dosis pada 4 Juli, ia memperkirakan tidak ada “risiko lonjakan kasus apabila kita terus memvaksinasi warga dengan laju yang sekarang ini.”

Sementara itu Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sebelumnya pekan ini dalam pidato di pertemuan menteri-menteri kesehatan Persemakmuran bahwa “kesenjangan global yang mengejutkan dalam mengakses vaksin tetap menjadi salah satu risiko terbesar untuk mengakhiri pandemi.”

Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: dok).
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: dok).

“Seperti yang dikatakan sendiri oleh Presiden Afrika Selatan Ramaphosa, kita sekarang menghadapi ‘apartheid’ vaksin. Negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki 15 persen dari populasi dunia, tetapi memiliki 45 persen vaksin dunia,” kata Tedros.

“Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah memiliki hampir setengah populasi dunia, tetapi hanya menerima 17 persen vaksin dunia,” lanjutnya. “Bahkan sekarang ini, beberapa negara berpenghasilan tinggi sedang melangkah ke vaksinasi anak-anak dan remaja, sementara para petugas kesehatan, lansia dan kelompok berisiko lainnya di berbagai penjuru dunia masih belum divaksinasi.”

Tedros mengatakan WHO “berusaha keras mengatasi kesenjangan ini.” [uh/ab]

XS
SM
MD
LG