Tautan-tautan Akses

IMF Peringatkan Kesenjangan di Antara Negara Maju dan Berkembang Pasca Pandemi 


Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, D.C., 5 April 2021. (AP Photo/Andrew Harnik)
Gedung Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington, D.C., 5 April 2021. (AP Photo/Andrew Harnik)

Para Ekonom dari Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan meluasnya ketidaksetaraan dan perbedaan antara negara maju dan kurang berkembang saat dunia keluar dari pandemi COVID-19. Peringatan itu disampaikan setelah IMF, Selasa (6/5) merilis Laporan Prospek Ekonomi Dunia dan Stabilitas Keuangan Global.

Ekonomi global diproyeksikan tumbuh enam persen pada 2021, dan 4,4 persen pada 2022. Proyeksi tersebut merupakan perubahan besar dari penyusutan ekonomi sebesar 3,3 persen pada 2020 ketika dunia dilanda pandemi.

Ekonom Utama IMF Gita Gopinath menegaskan ketidakpastian yang besar mempengaruhi proyeksi IMF karena pandemi belum bisa diatasi dan kasus virus terjadi pada laju yang semakin cepat di banyak negara. Hal itu menyebabkan terjadinya pemulihan secara berbeda-beda baik di seluruh negara maupun di bagian tertentu negara, ketika negara dimana distribusi vaksinnya berjalan lambat, dukungan bagi kebijakannya lebih terbatas, dan negara bergantung pada sektor pariwisata terpukul secara lebih parah.

Gita Gopinath. (Foto: dok).
Gita Gopinath. (Foto: dok).

"Risiko terbesar saat ini masih pandemi, jika ada varian virus baru yang kebal dari vaksin, maka itu bisa menyebabkan penurunan ekonomi yang tajam. Tetapi di sisi lain, jika peluncuran vaksinasi lebih cepat, maka itu bisa mencerahkan prospek ekonomi," kata Gopinath.

Ia menambahkan pemulihan yang terlampau cepat juga bisa menimbulkan risiko keuangan jika suku bunga di Amerika naik lebih jauh secara tidak terduga.

Ini bisa menyebabkan valuasi nilai aset yang berlebihan menyusut secara tidak teratur, kondisi keuangan mengetat dan prospek pemulihan memburuk, terutama bagi beberapa pasar negara berkembang yang menanggung utang besar dan ekonominya sedang berkembang.

Penyusun kebijakan perlu terus mendukung ekonominya sambil menghadapi ruang kebijakan yang menyempit dan tingkat utang yang lebih besar daripada sebelum pandemi, tambah Gopinath. Ini membutuhkan langkah-langkah yang disasarkan dengan baik guna menciptakan ruang gerak kalau dukungan berkesinambungan dibutuhkan.

Sementara itu, ekonom IMF Tobias Adrian mengatakan ekonomi global akhirnya keluar dari fase terburuk pandemi COVID-19, meski prospeknya sangat berbeda lintas kawasan dan negara. [my/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG