Masalah kebotakan atau menipisnya rambut sering membuat gelisah kaum pria begitu memasuki usia 30-an tahun.
Selama ini, sering muncul dugaan, masalah kebotakan ini disebabkan oleh faktor genetika atau keturunan. Kini terbukti, dugaan tersebut sangatlah akurat.
Sekelompok ilmuwan di Amerika Serikat menemukan gen APCDD1, ketika meneliti suatu kondisi langka yang menyebabkan kebotakan sejak muda pada beberapa keluarga di Pakistan dan Italia.
Angela Christiano adalah seorang profesor dermatologi molekuler di Columbia University. Ia memimpin tim peneliti dari Columbia University dan Rockefeller University di New York serta Stanford University di California. Sejumlah ilmuwan dari Pakistan dan Italia juga bergabung dalam tim penelitian ini.
Christiano mengatakan penyakit yang disebut Hereditary Hypotrichosis Simplex itu menyebabkan kantung akar rambut di kepala menciut.
"Bayangkan Anda menaruh gambar kantung rambut di mesin foto kopi dan menekan tombol reduksi. Pengurangan ukuran kantung rambut itu proporsional, jadi alih-alih menumbuhkan rambut panjang yang tebal di kulit kepala, kita menumbuhkan rambut halus yang kurang pigmentasi," jelasnya.
Christiano dan koleganya yang mempelajari dua keluarga di Pakistan dan satu keluarga di Itali dengan hypotrichosis yang turun temurun, mendapati mutasi yang sama pada gen APCCD1.
"Gen itu terlibat dengan sinyal Wnt yang pada dasarnya adalah sebuah akseletor, seperti pedal gas pada mobil untuk pertumbuhan. Dan kami mendapati sinyal Wnt ini ketika diganggu, menyebabkan rambut rontok," kata Christiano.
Sinyal Wnt sudah diketahui mengontrol pertumbuhan rambut pada tikus. Ini pertama kalinya ditemukan pada manusia.
Kebotakan yang umum pada laki-laki telah dikaitkan dengan gen yang mengatur hormon testosteron. Itulah sebabnya banyak pengobatan untuk kebotakan mengandung hormon, yang menurut ilmuwan mungkin tidak sepenuhnya aman atau manjur.
Dengan temuan ini, para periset berharap suatu hari nanti diciptakan perawatan rambut rontok yang aman dan manjur tanpa menggunakan hormon.