Tautan-tautan Akses

Human Rights Watch: Junta Burkina Gunakan Metode Kejam


Kapten Ibrahim Traore mengambil alih kekuasaan di Burkina melalui kup pada September 2022.
Kapten Ibrahim Traore mengambil alih kekuasaan di Burkina melalui kup pada September 2022.

Human Rights Watch (HRW) hari Rabu (28/2) menuduh penguasa junta di Burkina semakin banyak melakukan penculikan terhadap kritikus pemerintah dan menggunakan metode “semakin kejam” untuk membungkam para pembangkang.

Sejak Kapten Ibrahim Traore mengambil alih kekuasaan melalui kup pada September 2022, telah terjadi sejumlah penculikan terhadap orang-orang yang dianggap memusuhi rejim militer.

“Otoritas Burkina menggunakan metode yang semakin kejam untuk menghukum dan membungkam kritik dan lawan politik,” kata Ilaria Allegrozzi, peneliti Sahel untuk HRW.

Guy Herve Kam, seorang pengacara terkenal dan pendiri gerakan akar rumput, adalah satu di antara enam pembangkang yang dilaporkan HRW telah diculik oleh sejumlah pria berpakaian sipil sejak November lalu, di ibu kota negara itu Uoagadougou.

Pada Februari 15, para pengacara di Burkina Faso menghentikan kegiatan praktik hukum mereka dan melumpuhkan pengadilan serta menuntut pembebasan Kam.

“Kami lumpuh oleh ketakutan,” kata salah satu anggota gerakan akar rumput yang didikan Kan, Balai Citoyen (sapu warga) tanpa menyebut nama.

“Bahkan hanya menggelar sebuah konferensi pers, salah satu hak dasar kami, menjadi sebuah tindakan heroik,” tambah dia.

Pada April 2023, Traore mendeklarasikan dekrit “mobilisasi umum” setahun penuh untuk memberikan otoritas kekuasaan untuk meminta “remaja berusia 18 tahun atau lebih”, jika dibutuhkan dalam perang melawan kelompok jihadis.

“Pada awal November, pasukan keamanan Burkinabe, menggunakan UU darurat, memberi tahu kepada sekurangnya selusin jurnalis, aktivitas masyarakat sipil, dan anggota partai oposisi, bahwa mereka akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam operasi keamanan pemerintah di seluruh wilayah negara itu,” ujar LSM tersebut.

Kudeta Traore adalah yang kedua hanya dalam enam bulan – keduanya sebagian dipicu oleh ketidakpuasan oleh kegagalan membendung pemberontakan jihadis yang meluas, yang bermula dari Mali pada 2015.

Hampir 20 ribu orang telah meninggal dalam kekerasan dengan lebih dari dua juta yang mengungsi di dalam negeri. [ns/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG