Tautan-tautan Akses

Hujan Meteor Perseid Jadi Aksi Pembuka Gerhana Matahari


Sebuah meteor melintas di langit saat hujan meteor Perseid di Valley of Whales, di Fayoum, Egypt, 12 Agustus 2017. (H. Elrasam/VOA)
Sebuah meteor melintas di langit saat hujan meteor Perseid di Valley of Whales, di Fayoum, Egypt, 12 Agustus 2017. (H. Elrasam/VOA)

Setiap tahun, hujan meteor Perseid memuncak kira-kira saat ini ketika Bumi melewati kepingan-kepingan dari komet Swift-Tuttle, tetapi tahun ini meteor itu akan turun kira-kira seminggu sebelum gerhana matahari total.

Hujan meteor itu, yang terjadi setiap tahun dalam bulan Juli atau Agustus, ketika ratusan meteor melintas di angkasa, dapat terlihat di seluruh dunia.

Para pakar memperkirakan hujan tersebut akan mencapai puncaknya Sabtu malam hingga Minggu dini hari, walaupun meteor Perseid itu mungkin sedikit lebih sulit dilihat tahun ini karena bulan yang hampir purnama. Banyaknya meteor yang jatuh kira-kira 80 meteor per jam – tahun lalu tahun 2016, 150 sampai 200 meteor jatuh per jam.

Hujan meteor itu terjadi ketika Bumi melintasi ekor debu dan es yang tertinggal di belakang ketika komet Swift-Tuttle mengorbit matahari. Meteor itu biasanya tidak lebih besar dari sebutir pasir, tetapi ketika meteor itu sampai ke atmosfir bumi dengan kecepatan paling sedikit 60 kilometer per detik, meteor tersebut terbakar yang mengeluarkan warna-warna menakjubkan putih, oranye, dan hijau.

Meteor itu dinamakan Perseid yang diambil dari nama konstelasi Perseus, karena dari situlah tampaknya meteor itu muncul di angkasa timur-laut malam hari.

Walaupun Perseid kemungkinan akan menarik sangat banyak penonton di seluruh dunia, penduduk Amerika Serikat juga akan mempunyai kesempatan melihat peristiwa astronomi yang bahkan lebih besar pekan depan ketika Amerika Serikat menyaksikan gerhana matahari total yang pertama di seluruh Amerika dalam hampir 100 tahun. (gp)

XS
SM
MD
LG