Tautan-tautan Akses

Hizbullah: Kapal Tanker Iran akan Berlayar ke Lebanon


Satu kapal tanker akan berangkat dari Iran ke Lebanon untuk membawa pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan. (Foto: ilustrasi/Tasnim News Agency via AP)
Satu kapal tanker akan berangkat dari Iran ke Lebanon untuk membawa pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan. (Foto: ilustrasi/Tasnim News Agency via AP)

Ketua Hizbullah, Hasan Nasrallah, Kamis (19/8) mengatakan "dalam beberapa jam" satu kapal tanker akan berangkat dari Iran ke Lebanon untuk membawa pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan. Ini bertentangan dengan sanksi Amerika.

Nasrallah sebelumnya mengatakan bahwa dia akan beralih ke sekutu gerakannya, Iran, jika pihak berwenang gagal mengatasi kekurangan bahan bakar yang akut dan meningkat akibat krisis ekonomi yang oleh Bank Dunia digambarkan sebagai salah satu yang terburuk sejak pertengahan abad ke-19.

Langkah itu, yang dilarang oleh sanksi Amerika terhadap industri minyak Iran, dapat menyeret Lebanon ke dalam perang angkatan laut diam-diam antara Iran dan Israel, dan Nasrallah menantang musuh-musuh Iran untuk menghentikan pengiriman itu.

"Kapal itu, dari sejak berlayar dalam beberapa jam mendatang hingga memasuki perairan Laut Tengah, akan dianggap sebagai wilayah Lebanon," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan di televisi untuk merayakan Hari Asyura oleh Muslim Syiah. "Kepada Amerika dan Israel, saya katakan: itu wilayah Lebanon."

Dia mengatakan kapal pertama akan membawa bahan bakar tetapi menambahkan lebih banyak kapal akan datang untuk mengatasi kekurangan yang membuat Lebanon terhenti. Baik pemerintah Iran maupun Lebanon tidak mengukuhkan klaim organisasi paramiliter itu. Nasrallah tidak merinci di mana atau bagaimana kiriman itu akan tiba di Lebanon dan diturunkan.

Sejak Februari lalu, Iran dan Israel terlibat "perang bayangan" di mana kapal-kapal yang terkait masing-masing negara diserang di perairan sekitar Teluk dalam serangan saling balas.

Lebanon yang bangkrut tidak mampu lagi membeli impor utama atau menyubsidi barang-barang kebutuhan pokok, menyebabkan kekurangan listrik, bensin, dan obat sehingga melumpuhkan dan terkadang mematikan. Tanpa solar yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik, Lebanon menghadapi pemadaman listrik sampai 22 jam sehari. Bisnis, rumah sakit dan kantor pemerintah terpaksa tutup. [ka/ab]

XS
SM
MD
LG