Tautan-tautan Akses

Hamas akan Tingkatkan Pemberontakan untuk Akhiri Pendudukan Israel


Hamas Leader Promises Uprising to End Israeli Occupation
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:23 0:00

Tidak ada perdamaian yang tampak di depan mata antara Israel dan Palestina.

Situasi di Israel dan Jalur Gaza menjadi kian rumit akibat permusuhan antara para pemukim Yahudi garis keras (ultra-ortodoks) dengan pemerintah Israel.

Tidak ada perdamaian yang tampak di depan mata antara Israel dan Palestina, sementara kekerasan di wilayah tersebut terus meningkat. Pemimpin Hamas di Gaza pada hari Kamis (7/1) bersumpah bahwa Palestina akan terus melakukan pemberontakan sampai tujuan mereka bisa tercapai.

Berbicara kepada pendukungnya di Gaza, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa rakyat Palestina akan berjuang "sampai tanah (yang diduduki Israel) tersebut dibebaskan."

"Kami melanjutkan dengan pemberontakan dan terus membangun kekuatan dengan cara yang akan mengejutkan dunia. Kami tidak melakukan ini untuk membela Gaza; kami melakukannya untuk membebaskan Yerusalem dan seluruh Palestina," kata Haniyeh.

Pada hari Tahun Baru 1 Januari, militan Palestina diduga menembakkan beberapa roket ke Israel selatan, dan militer Israel segera merespon dengan serangan udara. Israel mengatakan menangkap enam anggota Hamas atas dugaan bahwa mereka berencana untuk menculik dan membunuh seorang warga Israel. Pasukan keamanan menewaskan tiga warga Palestina di dekat permukiman Betlehem di Israel selatan hari Kamis (7/1), bertepatan dengan hari di mana warga Kristen Ortodoks hari merayakan Natal di kota diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus.

Seorang warga Palestina lainnya tewas di dekat kota Hebron ketika ia mencoba untuk menusuk seorang tentara Israel. Seringnya terjadi serangan pisau telah mendorong Israel untuk berusaha membuat rompi pelindung khusus.

"Saya tegaskan, pemberontakan akan berlanjut sampai tanah tersebut dikembalikan kepada kami. Kami akan terus memompa darah dan jiwa kita ke dalam Intifada (perlawanan Palestina)," kata Haniyeh.

Situasi di Timur Tengah kini menjadi lebih rumit akibat munculnya permusuhan antara para pemukim Yahudi garis keras dengan pemerintah Israel. Selain memerangi pemberontakan warga Palestina, Israel juga harus berurusan dengan para pemukim Yahudi ultra-ortodoks.

Pada hari Minggu (3/1), seorang pemuda Israel berusia 21 tahun telah didakwa melakukan serangan pada Juli 2015 terhadap sebuah rumah di Duma, Tepi Barat yang menewaskan satu keluarga Palestina dan seorang bayi mereka. Diduga penyerang tersebut adalah anggota dari kelompok yang disebut "Pemuda Hilltop", generasi baru pemukim Yahudi garis keras.

"Jika kita tidak berada di sini, orang-orang Arab akan berada di sini dan apa pun yang berhasil dimiliki oleh orang-orang Arab sekarang akan sangat sulit (bagi kami) untuk mengambilnya kembali nanti. Dan itu bahkan bukan sebuah peperangan, (tapi) itu adalah peperangan diam-diam," kata Refael Morris, seorang anggota dari kelompok "Pemuda Hilltop".

Namun, pasukan keamanan Israel mengatakan bahwa kelompok radikal itu kecil dan tidak memiliki dukungan dari pemerintah atau masyarakat luas.

Senada dengan Israel, otoritas Palestina juga mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk mencegah para pemuda Palestina yang tidak melihat adanya harapan masa depan, kecuali dengan melakukan peperangan. [pp/dw]

XS
SM
MD
LG