Tautan-tautan Akses

Hibah Senjata Militer AS yang Surplus untuk Polisi Disorot


Seorang perwira polisi di Richboro berdiri di atas kendaraan berlapis baja selama demonstrasi, 23 Januari 2007. (Foto: AP)
Seorang perwira polisi di Richboro berdiri di atas kendaraan berlapis baja selama demonstrasi, 23 Januari 2007. (Foto: AP)

Program Departemen Pertahanan Amerika yang sudah berlangsung 10 tahun untuk menyumbangkan senjata-senjata dan kendaraan militer surplus kepada polisi kini mendapat sorotan baru. Sorotan itu terjadi setelah adanya gelombang aksi protes selama berminggu-minggu menentang -apa yang disebut- kebrutalan polisi.

Program itu telah memasok berbagai angkatan kepolisian dengan peralatan militer bernilai lebih dari $7 miliar sejak tahun 1991, termasuk senjata-senjata serbu semi otomatis dan kendaraan anti ranjau yang beratnya 40 ton yang dipakai oleh tentara Amerika di Afgahnistan dan Irak.

Para pejabat kepolisian lokal membela program itu dengan mengatakan peralatan militer itu telah menyelamatkan banyak nyawa dan memungkinkan polisi menghadapi berbagai keadaan darurat. Tapi para pengecam mengatakan, peralatan militer itu mendorong polisi mengunakan taktik tangan besi ketika mengadakan penggrebekan untuk mencari narkoba gelap dan dalam menghadapi aksi protes jalanan seperti yang banyak terjadi setelah meninggalnya George Floyd ketika ditahan polisi.

Karena banyaknya protes masyarakat tentang program hibah senjata itu, Presiden Barack Obama tahun 2015 dengan ketat membatasi program tadi. Piihak kepolisian mengembalikan 126 kendaraan lapis baja jenis tank, 138 peluncur granat dan 1.600 lebih bayonet.

Tapi Presiden Donald Trump bulan Agustus tahun 2017 membatalkan peraturan Obama tersebut. Sejak itu Departemen Pertahanan telah menghibahkan apa yang disebutnya sebagai “barang-barang surplus” kepada jawatan kepolisian di seluruh Amerika, bernilai $1 miliar lagi. [ii/pp]

XS
SM
MD
LG