Tautan-tautan Akses

Guterres, Ban Ki-moon Serukan Tindakan bagi Myanmar


Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon (kiri) dan Sekretaris Jenderal-ditunjuk Antonio Guterres berdiri bersama setelah upacara pelantikan di markas besar PBB di New York, 12 Desember 2016. (Foto: Reuters)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon (kiri) dan Sekretaris Jenderal-ditunjuk Antonio Guterres berdiri bersama setelah upacara pelantikan di markas besar PBB di New York, 12 Desember 2016. (Foto: Reuters)

Sekjen PBB Antonio Guterres, Senin (19/4), menyerukan para pemimpin di Asia untuk mendukung upaya menemukan solusi damai untuk krisis mendesak di Myanmar, yang dipicu oleh kudeta militer pada Februari.

Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan tentang kerja sama antara PBB dan organisasi-organisasi regional dan subregional, ia menyoroti hubungan dengan Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), menggarisbawahi peran penting blok tersebut dalam diplomasi, pencegahan konflik dan pembangunan perdamaian.

Guterres berkata, "Hari ini, peran ASEAN lebih penting daripada sebelumnya karena kawasan ini menghadapi krisis yang mendesak di Myanmar. Saya telah berulang kali meminta komunitas internasional untuk bekerja sama, secara kolektif dan melalui jalur-jalur bilateral, untuk membantu mengakhiri kekerasan dan penindasan oleh militer. "

Dalam hal ini, kerja sama PBB dengan ASEAN adalah penting, kata Guterres, karena situasinya memerlukan tanggapan internasional yang kuat yang didasarkan pada upaya regional terpadu.

Ia mendesak para aktor regional untuk memanfaatkan pengaruh mereka agar situasi tidak semakin buruk dan, pada akhirnya, menemukan jalan keluar yang damai dari masalah itu.

Guterres mengatakan kepada para duta besar bahwa Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, berada di wilayah tersebut dan siap untuk melanjutkan dialog dengan militer dan pihak-pihak lainnya.

Dalam pidatonya di hadapan Dewan, mantan Sekjen Ban Ki-moon mengatakan "baik PBB dan mitra-mitra regionalnya sekarang memiliki peluang singkat untuk bekerja sama melalui tindakan kuat untuk menghentikan kekejaman yang sedang berlangsung di Myanmar dan mencegah peningkatan kekerasan lebih lanjut. "

Ban mengecam penggunaan brutal kekuatan mematikan terhadap warga sipil, dan penahanan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, serta ribuan pengunjuk rasa.

Ia mengatakan, "Situasi yang memburuk di Myanmar merupakan momen penting untuk menunjukkan manfaat kerja sama antara PBB dan mitra-mitra regionalnya dalam menjaga perdamaian dan keamanan serta menyelamatkan nyawa manusia."

Sementara itu, Ketua ASEAN, Dato Erywan Pehin Yusof, yang juga memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan, mengatakan, ASEAN telah meminta "kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi damai dan mengupayakan dialog yang konstruktif, rekonsiliasi dan kembali ke situasi normal sesuai dengan kemauan dan kepentingan rakyat Myanmar."

Menurut kelompok-kelompok pemantau HAM, lebih dari 700 orang termasuk 50 anak-anak, telah tewas akibat tindakan pasukan keamanan sejak kudeta militer pada 1 Februari. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG