Tautan-tautan Akses

'Gus Dur' Masih Terus Menebar Manfaat


Deretan lukisan Mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, dipajang di lobi sebuah hotel di Jakarta. (foto: ilustrasi)
Deretan lukisan Mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, dipajang di lobi sebuah hotel di Jakarta. (foto: ilustrasi)

Presiden ke-4, Almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur terus memberikan manfaat ke masyarakat meski sudah berpulang pada 2009.

Makam Gus Dur yang berada di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur masih terus didatangi warga dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, jelang Ramadan 2019 ini, ribuan orang memadati makam presiden Indonesia keempat ini untuk berziarah.

Makam yang menjadi tempat wisata religi ini telah membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat, khususnya warga Jombang dan sekitarnya. Sekretaris Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LPST), Lutfiyah mengatakan, pemasukan dari sumbangan para peziarah melalui kotak amal, mencapai ratusan juta setiap bulannya. Sumbangan tersebut kemudian dikelola untuk disalurkan kepada masyarakat melalui program-program sosial.

Sejumlah peziarah makam Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Minggu (9/5/2019) pagi. (Foto: VOA/Sasmito Madrim)
Sejumlah peziarah makam Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Minggu (9/5/2019) pagi. (Foto: VOA/Sasmito Madrim)

"Untuk perolehan yang besar dari kotak amal makam Gus Dur. Dan perolehannya tiap bulan naik turun. Untuk bulan April lebih dari Rp200 juta. Untuk Januari Rp268 juta dan Maret hampir Rp200 juta rupiah," tutur Lutfiyah kepada VOA di Jombang, Minggu (9/5/2019).

Sekretaris Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LPST) Lutfiyah. (Foto: VOA/Sasmito)
Sekretaris Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LPST) Lutfiyah. (Foto: VOA/Sasmito)

Lutfiyah menambahkan program sosial LPST meliputi bidang pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan ekonomi. Semisal pemberian beasiswa, pendirian griya sehat, bantuan untuk korban bencana dan pendampingan ekonomi dalam penciptaan lapangan kerja baru.

"Pendidikan dan dakwah itu meliputi banyak program juga. Pendidikan bantuan untuk yatim piatu, siswa tidak mampu, pembangunan masjid atau mushola, Griya Dakwah yang saat ini programnya di Lamongan. Memang dikhususkan untuk wilayah sedikit tertinggal," imbuhnya.

Selain memberi dampak bagi naiknya jumlah sumbangan, keberadaan wisata religi ke makam Gus Dur juga membuat ekonomi di kawasan tersebut berdenyut. Pedagang kaki lima mulai bermunculan semenjak makam Gus Dur ramai dikunjungi orang pada 2009. Omset para pedagang cukup tinggi mulai dari Rp50 jutaan hingga Rp100 juta per bulannya.

Salah satu yang memiliki omset tinggi tersebut yaitu toko buku "bookstore" yang berada di lorong panjang menuju makam. Penjaga toko, Dina Andriyani menuturkan, omset penjualan bisa mencapai 5 juta per hari saat peziarah sedang ramai.

Peziarah sedang berbelanja buku di kios Bookstore yang berada di lorong makam Gus Dur. (Foto: VOA/Sasmito)
Peziarah sedang berbelanja buku di kios Bookstore yang berada di lorong makam Gus Dur. (Foto: VOA/Sasmito)

"Biasanya buku-buku tentang NU dan Gus Dur. Kalau tentang Gus Dur rata-rata tentang biografi, pemikiran dan kiprah di politik itu banyak yang minat juga . Tapi yang paling banyak diminati itu terjemahan kitab-kitab kuning," kata Dina.

Dina menjelaskan toko bukunya juga menjual kaos produksi santri Tebuireng dengan pembagian keuntungan secara persentase. Harga kaosnya beragam mulai dari Rp85 ribu hingga Rp100 ribu. Cara ini diharapkan dapat membuat santri-santri menjadi mandiri secara ekonomi. Sepanjang pengamatan Dina, peziarah makam Gus Dur datang dari berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri seperti Malaysia dan Belanda.

Implementasi Pemikiran Gus Dur

Kordinator GUSDURian Jombang, Aan Anshori menilai implementasi pemikiran-pemikiran Gus Dur tentang Islam moderat di Indonesia masih kurang. Karena itu, kata dia, jaringan GUSDURian di Jawa Timur sedang mengupayakan untuk membangun gedung di sekitar makam Gus Dur sebagai tempat penyebaran gagasan Gus Dur.

"Situasi Indonesia saat ini masih jauh dengan gagasan keislaman yang dipromosikan Gus Dur sejak 20-30 tahun terakhir. Kekuatan islam moderat terdesak dari kebangkitan kelompok-kelompok islam konservatif," jelas Aan.

Aan berharap gagasan Gus Dur juga dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah secara resmi. Hal itu untuk semakin membumikan gagasan Gus Dur yang selama ini sudah tersebar di 160an simpul GUSDURian di berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri.

"Islam moderat di Indonesia itu kehilangan figur untuk dirujuk per hari ini. Sehingga kita bisa melihat intoleransi dan radikalisme seperti itu," imbuhnya.

Lalu bagaimana pandangan para peziarah tentang Gus Dur dan mengapa mereka berdatangan ke makam Gus Dur. Berikut penuturan santri Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an Tebuireng Saifudin dan warga Sambong, Ririn Maskurin.

Sejumlah peziarah makam Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Minggu (9/5/2019) pagi. (Foto: VOA/Sasmito Madrim)
Sejumlah peziarah makam Gus Dur di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada Minggu (9/5/2019) pagi. (Foto: VOA/Sasmito Madrim)

"Gus Dur itu seorang yang menurut saya, beliau humoris, beliau enak kalau dibuat rujukan tanya-tanya orang, beliau merakyat, kalau ada masalah-masalah gini, InsyaAllah beliau dirundingkan dulu dengan bawahan kemudian baru diambil keputusan," tutur Saifudin.

"Hari ini sedang ziarah ke makam Mbah Hasyim Asyari dan Gus Dur, ingin mendapat berkah dari beliau-beliau dan pendiri Nahdlatul Ulama," tutur Ririn. (sm/em)

Recommended

XS
SM
MD
LG