Tautan-tautan Akses

Gerakan 'Ladang ke Meja' Dorong Produksi Makanan Lokal


Afghan refugee boys play in a field on the outskirts of Islamabad, Pakistan.
Afghan refugee boys play in a field on the outskirts of Islamabad, Pakistan.

Gerakan "ladang ke meja" kerap didengungkan beberapa tahun ini di AS untuk menggambarkan gerakan yang mengonsumsi makanan hasil produksi lokal.

Dari ladang ke meja. Istilah itu kerap didengungkan beberapa tahun ini untuk menggambarkan gerakan yang mengonsumsi makanan hasil produksi lokal. Gerakan tersebut mendapat sambutan baik. Tetapi tidak banyak orang tahu, sebelum gerakan itu diluncurkan, ada kelompok yang berkeliling mempromosikan gerakan "ladang ke meja" untuk mendekatkan konsumen ke ladang tempat asal makanan mereka. Kelompok itu masih melakukan hal sama sampai kini.

Jim Denevan sedang menata meja bagi lebih dari 100 tamu untuk makan malam di Briars Farmstead di pedesaan Virginia.

Ia dan delapan anggota timnya tiba malam sebelumnya. Koki-koki dari restoran daerah itu menyiapkan makan malam, disebut Outstanding in the Field. Itulah yang Denevan sebut petualangan kuliner. Ia memunculkan ide itu sekitar 10 tahun lalu.

“Misi Outstanding in the Field adalah mendekatkan orang dengan tempat makanan berasal dan mendengarkan kisah-kisah langsung dari petani, berkeliling dan mengenal ladang pertanian atau peternakan seperti ini, yang menurut saya adalah penting,” ujarnya.

Denevan, mantan koki. Adiknya, petani. Ide makan malam di ladang pertanian masuk akal baginya, tetapi tidak demikian bagi orang lain.

Tamu-tamu datang dengan membawa piring sendiri. Setelah sambutan singkat, para petani mengajak mereka tur, berkeliling ladang.

Matt Szechenyi mengelola ladang pertanian ekologi ini bersama keluarganya.

Tur berakhir di meja. Daging, dalam acara makan malam dengan lima sajian ini, berasal dari peternakan Szechenyi itu, sedangkan sayuran dan bahan-bahan lain dari pertanian di dekatnya. Tamu-tamu dan petani-petani lokal makan bersama.

Annoica Ingram datang bersama seorang teman. Alex Bogel datang bersama keluarganya.

Denevan dan timnya telah melayani hampir 13.000 orang di Amerika maupun negara-negara lain. Tetapi, pesta di udara terbuka terkadang bisa menyulitkan.

“Bisa jadi hujan mendadak turun. Kami harus memindahkan meja, jauh ke lumbung di sana. Udara tidak selalu nyaman. Tetapi bagi kami, itu bagian dari petualangan,” ujar Denevan.

Denevan berencana memperluas operasinya.

“Tahun depan, kami berencana pergi ke Asia, Afrika, dan Selandia Baru serta Australia, kemudian kembali ke Amerika Selatan,” ujarnya lagi.

Ia berharap, menghormati petani, orang-orang yang menyuguhkan gizi ke meja, akan menyebar ke seluruh dunia.
XS
SM
MD
LG