Tautan-tautan Akses

Georgia, South Carolina dan Tennessee Perlunak Kebijakan Lockdown


StateFarm Arena di Atlanta, Georgia, yang tampak dari jalanan yang kosong. Laga Liga Bola Basket Putra di stadion itu dibatalkan karena pandemi virus corona, 6 April 2020.
StateFarm Arena di Atlanta, Georgia, yang tampak dari jalanan yang kosong. Laga Liga Bola Basket Putra di stadion itu dibatalkan karena pandemi virus corona, 6 April 2020.

Tiga gubernur di negara bagian Georgia, South Carolina dan Tennessee, Senin (20/4), mengumumkan rencana mereka untuk memperlunak kebijakan lockdown dan mengizinkan sebagian bisnis untuk beroperasi kembali.

Gubernur negara bagian Georgia, Brian Kemp, mengatakan gimnasium, tempat pertandingan bowling, kios untuk membuat tato, salon pangkas rambut dan toko-toko kecantikan bisa mulai kembali beroperasi kembali mulai Jumat (24/4) pekan ini. Sementara restoran dan bioskop dapat memulai bisnis mereka kembali minggu depan.

Ada sejumlah protes di beberapa kota, yang sebagian besar dilakukan para pendukung Trump yang mengatakan penutupan bisnis, keharusan mengenakan masker dan menjaga jarak atau social distancing telah melanggar hak-hak konstitusional mereka.

Trump mengatakan sebagian gubernur telah menerapkan pembatasan terlalu ketat dan negara-negara bagian sedianya segera memulai kembali perekonomian meskipun banyak pakar kesehatan mengatakan hal itu terlalu dini.

Jajak pendapat terbaru yang dilakukan Yahoo News/YouGov mengatakan 60 persen warga Amerika menentang demonstrasi anti-lockdown.

Dalam perkembangan lainnya sejumlah negara, antara lain Jerman, Serbia dan Albania, mulai melunakkan kebijakan lockdown dan mengizinkan sebagian bisnis kecil untuk beroperasi kembali.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan lockdown akan segera diberlakukan kembali jika virus corona merebak lagi. Sebagian pelajar di Norwegia kembali bersekolah pada Senin (20/4), sementara sebagian pelajar di Denmark akan kembali ke sekolah pada Rabu (22/4). Sri Lanka juga berencana mencabut sebagian kebijakan lockdown pada Rabu (22/4).

Pejabat-pejabat kesehatan Amerika mengatakan akan mulai menyampaikan informasi tentang penularan virus corona dan jumlah korban meninggal di rumah-rumah jompo. Kantor berita Associated Press melaporkan hampir 8.500 pasien rumah jompo meninggal karena virus corona.

Warga dan keluarga mereka akan diberitahu tentang kasus dan fasilitas-fasilitas rumah jompo itu diharuskan melaporkan langsung ke pejabat-pejabat federal.

Para pakar mengatakan rumah-rumah jompo kini kewalahan karena kekurangan staf, sementara para korban tertular virus corona tanpa menunjukkan gejala apapun.

Pejabat-pejabat federal juga mengawasi dengan seksama Massachusetts, di mana kasus virus corona kini mencapai dua kali lipat dibanding minggu lalu. Wali Kota Boston Marty Walsh mengecam warga yang tidak mempedulikan rekomendasi untuk tinggal di rumah saja, dan malah bermain golf atau sepak bola dengan teman-teman mereka.

Dalam wawancara di stasiun televisi CNN, Walsh mengatakan mereka “tidak memahami betapa parahnya apa yang sedang terjadi di negara ini, dan di Boston, di Massachusetts.”

Kota itu telah mengirim truk dengan pengeras suara ke seluruh pemukiman di Boston, untuk mengingatkan warga tentang pentingnya menjaga jarak atau social distancing dan mencuci tangan. [em/ft]

XS
SM
MD
LG