Tautan-tautan Akses

Gencatan Senjata Berakhir, Pertempuran di Sudan Dimulai Lagi


Foto udara menunjukkan kepulan asap hitam dan api dari ledakan di sebuah pasar di Omdurman, Khartoum utara (foto: dok).
Foto udara menunjukkan kepulan asap hitam dan api dari ledakan di sebuah pasar di Omdurman, Khartoum utara (foto: dok).

Bentrokan berlanjut antara militer Sudan dan pasukan paramiliter yang kuat setelah gencatan senjata tiga hari berakhir Rabu pagi (21/6), seperti dilaporkan sebuah kelompok demonstrasi dan warga sekitar.

Konflik di Sudan dimulai pada pertengahan April setelah ketegangan yang memburuk selama berbulan-bulan meledak menjadi pertempuran terbuka di antara para jenderal yang bersaing dan berusaha mengendalikan negara Afrika itu. Dua jendral yang bertarung itu adalah panglima angkatan bersenjata Jenderal Abdel-Fattah Burhan dan pemimpin Pasukan Pendukung Cepat – kelompok milisi yang berubah menjadi pasukan paramiliter – Jendral Mohammed Hamdan Dagalo.

Gencatan senjata, yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi, berakhir Rabu pukul 6 pagi waktu setempat. Sejak diberlakukan, gencatan senjata itu relatif membawa ketenangan di ibu kota Sudan, Khartoum, tetapi pertempuran sengit dilaporkan mulai kembali terjadi di beberapa bagian kota Selasa malam (20/6).

Warga sekitar mengatakan pusat bentrokan terjadi di sekitar markas intelijen, dekat Bandara Internasional Khartoum. Menurut tiga orang yang tinggal di sana, terjadi pula bentrokan sporadis di beberapa tempat lain di ibu kota.

"Pertempuran semakin intensif," kata Khalid Abdel-Rahman yang tinggal di pusat kota Khartoum. "Suara tembakan bergema di seluruh area."

Bentrokan sengit juga dilaporkan terjadi di sekitar fasilitas militer di kota tetangga Omdurman, menurut komite perlawanan daerah yang merupakan bagian dari kelompok yang lebih luas yang mempelopori demonstrasi pro-demokrasi selama beberapa tahun terakhir.

Dimulainya kembali pertempuran menandakan gagalnya upaya AS dan Arab Saudi untuk mempertahankan gencatan senjata di Sudan.

Menurut beberapa pejabat PBB, konflik tersebut sebagian besar berpusat di ibu kota dan wilayah Darfur di bagian barat Sudan, yang telah dilanda serangan-serangan berlatar etnis terhadap komunitas non-Arab oleh Pasukan Dukungan Cepat dan milisi sekutu.

UNHCR mencatat pertempuran tersebut telah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih dari 2,5 juta orang meninggalkan rumah mereka ke daerah yang lebih aman di Sudan dan negara tetangga.

PBB pada hari Rabu mengatakan sepanjang Mei lalu mereka telah membantu mengirimkan 17 ton bantuan ke berbagai bagian Sudan, termasuk 50 truk dalam dua hari pertama gencatan senjata terakhir.

"Kami akan terus memberikan [bantuan], baik ada gencatan senjata atau pun tidak," kata juru bicara PBB Farhan Haq di markas PBB, sambil menggarisbawahi perlunya menghentikan pertempuran itu agar PBB dapat menjangkau semua orang yang membutuhkan.

Ada 438 truk berisi 17 ribu ton yang dioperasikan. Lima puluh di antaranya bergerak pada dua hari pertama gencatan senjata terakhir. [ss/em]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG