Tautan-tautan Akses

Gel Hormon Menjanjikan Sebagai Kontrasepsi Pria


Tabung berisikan gel testosteron. (foto: dok)
Tabung berisikan gel testosteron. (foto: dok)

Para peneliti sedang mengembangkan kontrasepsi hormonal untuk pria berbentuk gel yang tidak bersifat permanen dan hasilnya cukup menjanjikan.

Kontrasepsi hormonal tersebut terdiri dari dua gel. Yang pertama adalah progestin, versi sintetis dari hormone progesteron pada perempuan, dan yang lainnya adalah hormon reproduksi pria, testosteron. Kombinasi ini menekan produksi sperma dengan menurunkan level hormone pria.

Dalam studi awal, yang hasilnya dipresentasikan baru-baru ini di pertemuan Endocrine Society di Houston, Texas, pemakaian kontrasepsi hormonal pada kulit setiap hari mengurangi jumlah sperma menjadi lebih rendah daripada tingkat normal yang dibutuhkan untuk reproduksi.

Christina Wang, profesor bidang obat-obatan dari Los Angeles Biomedical Research Institute di University of California Medical Center, yang memimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa gel-gel tersebut memiliki efek samping, terutama timbulnya banyak jerawat pada beberapa pria.

“Kami tidak tahu, tapi kami kira mungkin dosis testosteron yang diberikan sedikit lebih tinggi daripada tingkat testosteron normal,” kata Wang.

Pada uji-uji klinik yang dilakukan, Wang mengatakan bahwa dosis testosteron yang diberikan akan lebih sedikit.

Sebanyak 56 pria menuntaskan uji awal gel kontrasepsi tersebut selama enam bulan. Sekitar 90 persen dari mereka yang mendapat kombinasi dua hormon tersebut memiliki konsentrasi sperma kurang dari 1 juta sel sperma per milliliter, yang membuat mereka kurang subur. Di antara para pria yang hanya menggunakan gel testosteron saja, hanya 23 persen yang mendapati jumlah sperma sama rendahnya.

Rejine Siturk-Ware adalah endokrinolog reproduksi dari Population Council (Dewan Kependudukan) di New York, sebuah kelompok nirlaba dengan para peneliti yang mengembangkan Nesterone, progestin sintetik yang dipakai dalam gel. Pada dosis lebih tinggi daripada yang secara alami diproduksi perempuan, molekul progestin bereaksi dengan kelenjar hipofisis (pituitary gland) di otak untuk menahan produksi sperma. Namun jika digunakan begitu saja, Siturk-Ware mengatakan bahwa Nesterone dapat menimbulkan efek samping, termasuk berkurangnya libido. Itulah sebabnya mengapa testosteron dimasukkan dalam campuran gel kontrasepsi tersebut.

Siturk-Ware mengatakan perlu paling tidak 30 hari supaya gel tersebut dapat memblokir produksi sperma, sehingga kontrasepsi hormonal ini bukanlah sesuatu yang dapat segera bekerja seperti pil. Dan sekitar satu bulan setelah seorang pria berhenti menggunakannya, efek kontrasepsinya akan hilang.

Siturk-Ware mengatakan bahwa studi-studi yang dilakukan di empat benua menunjukkan bahwa mayoritas pria akan mendukung pembatasan kelahiran dalam bentuk hormonal selain kondom dan vasektomi.

“Ini sesuatu yang dapat mereka pakai sendiri. Tidak perlu petugas kesehatan yang memasukkan implan atau menyuntikkan sesuatu. Jadi konsep gel ini dilihat sangat positif,”ujarnya.

Sebelum uji-uji yang lebih besar dimulai, hormon-hormon ini akan diformulasi ulang menjadi satu jenis gel, untuk pemakaian yang lebih mudah. Para peneliti menyatakan bahwa proses persetujuan regulasi akan memakan waktu beberapa tahun sampai gel kontrasepsi ini dapat dipasarkan.
XS
SM
MD
LG