Tautan-tautan Akses

Gedung Putih Tuduh Rusia Dalang Serangan Siber ‘Not Petya’


Pakar IT, Marcus Hutchins, yang didapuk sebagai seorang pahlawan atas keberhasilannya memperlambat serangan siber global WannaCry, berbicara dalam sebuah wawancara di Ilfracombe, Inggris, Senin, 15 Mei 2017 (foto: AP Photo/Frank Augstein)
Pakar IT, Marcus Hutchins, yang didapuk sebagai seorang pahlawan atas keberhasilannya memperlambat serangan siber global WannaCry, berbicara dalam sebuah wawancara di Ilfracombe, Inggris, Senin, 15 Mei 2017 (foto: AP Photo/Frank Augstein)

Gedung Putih hari Kamis menuduh Rusia atas serangan siber “NotPetya” yang menimbulkan kerugian besar tahun lalu, bergabung bersama pemerintah Inggris dalam mengecam Moskow atas penyebaran virus yang melumpuhkan sebagian infrastruktur Ukraina dan melumpuhkan komputer-komputer di berbagai negara di seluruh dunia.

Serangan yang terjadi pada bulan Juni 2017 “menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan kerugian senilai milyaran dolar di penjuru Eropa, Asia, dan Amerika,” ujar Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dalam sebuah pernyataan.

“Itu adalah bagian dari upaya Kremlin untuk senantiasa mendestablisasikan Ukraina dan menunjukkan lebih jelas keterlibatan Rusia dalam konflik yang terus berlangsung,” imbuh Sanders. “Ini juga adalah serangan siber yang ceroboh dan tidak pandang bulu yang akan berakibat pada konsekuensi yang akan diterapkan dunia internasional.”

Pemerintah AS sedang “mengkaji serangkaian opsi,” ujar seorang pejabat senior Gedung Putih ketika ditanya tentang konsekuensi dari tindakan Rusia.

Hari Kamis pagi, Rusia menampik tuduhan pemerintah Inggris bahwa pihaknya berada di belakang serangan itu, dengan mengatakan tuduhan tersebut adalah bagian dari kampanye “Rusofobia” yang ia katakan dilancarkan oleh beberapa negara Barat.

Serangan yang disebut NotPetya pada bulan Juni berawal di Ukraina dimana serangan tersebut melumpuhkan komputer-komputer milik pemerintah dan dunia bisnis sebelum menyebar di seantero Eropa dan dunia, menghentikan operasional di berbagai pelabuhan, pabrik, dan kantor-kantor.

Kementrian luar negeri Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis sebelumnya hari itu bahwa serangan itu berasal dari militer Rusia.

“Keputusan untuk secara publik menghubungkan insiden ini menekankan fakta bahwa Inggris dan sekutu-sekutunya tidak akan mentolerir serangan siber yang merusak,” ujar pihak kementrian tersebut dalam sebuah pernyataan.

“Serangan tersebut disamarkan sebagai upaya kriminal namun tujuan utamanya adalah untuk melumpuhkan,” ujarnya.

“Target-target utamanya adalah sektor finansial, energi, dan pemerintah Ukraina. Rancangan yang tanpa pandang bulu telah menyebabkan penyebaran yang lebih luas, yang mempengaruhi dunia usaha di Eropa dan Rusia.” [ww]

XS
SM
MD
LG