Tautan-tautan Akses

Gedung Putih: Pengakuan Yerusalem Tidak Bunuh Proses Perdamaian


Warga berkumpul di Federal Plaza untuk memprotes keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, 7 Desember 2017.
Warga berkumpul di Federal Plaza untuk memprotes keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, 7 Desember 2017.

Gedung Putih, Kamis (7/12) membantah bahwa keputusan Presiden Donald Trump untuk memindahkan kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem, berarti Amerika menarik diri dari proses perdamaian Timur Tengah.

“Dalam pernyataannya, Presiden mengatakan Amerika tetap berkomitmen pada proses perdamaian, dan ingin terus mendorong diskusi dan pembahasan mengenai hal itu,” kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders, kepada wartawan. “Saya kira harapan semua pihak adalah untuk mencapai perjanjian perdamaian. Amerika sangat berkomitmen untuk itu,” kata Sanders menambahkan.

Sehari setelah Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Duta Besar Rusia untuk Israel, Alexander Shein, mengatakan Moskow mungkin memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem Barat,“setelah Israel dan Palestina menyepakati semua isu mengenai status akhir wilayah Palestina.”

Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam pernyataan yang dianggap kejutan oleh Israel, mengatakan Moskow menganggap Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina pada masa depan. Oleh sebab itu, Moskow merasa harus menyatakan bahwa Yerusalem Barat adalah Ibu Kota Israel.[ds]

XS
SM
MD
LG