Tautan-tautan Akses

Film 'I Am Ali', Ungkap Kehidupan Petinju Legendaris Muhammad Ali


Sineas Clare Lewins (teenage) berpose bersama Maryum Ali (kiri) dan Hana Ali saat peluncuran film "I am Ali" di Hollywood, 8 Oktober 2014 (Foto: Eric Charbonneau/Invision for Focus World/AP Images)
Sineas Clare Lewins (teenage) berpose bersama Maryum Ali (kiri) dan Hana Ali saat peluncuran film "I am Ali" di Hollywood, 8 Oktober 2014 (Foto: Eric Charbonneau/Invision for Focus World/AP Images)

Sebuah film dokumenter baru "I Am Ali" karya sineas Clare Lewis, menceritakan kehidupan pribadi petinju legendaris Muhammad Ali pada tahun 70an dan 80an.

Film dokumenter baru "I Am Ali", memberikan gambaran petinju Muhammad Ali secara lebih personal, lewat kaset audio yang penuh gurauan yang direkamnya bersama keluarga dan teman-teman pada akhir karirnya.

Tiada seorangpun, bahkan sebagian anggota keluarganya sekalipun, yang mengetahui keberadaan rekaman kaset rekaman itu, sampai baru-baru ini salah seorang puteri Ali, Hana, menemukannya di sebuah vila milik keluarganya, dan memberikannya kepada sineas Clare Lewis dengan seizin ayahnya. Kaset rekaman itu pun menjadi sorotan utama dalam dokumenter tersebut.

Menurut Clare Lewis, kaset-kaset rekaman ini menyingkap kehidupan pribadi Muhammad Ali dan dia berharap para penonton dapat lebih memahami pribadi yang memiliki karakter yang cukup kompleks itu.

Muhammad Ali dan pelatihnya, Bundini Brown di Superdome, New Orleans, 15 September 1978 (Foto: dok).
Muhammad Ali dan pelatihnya, Bundini Brown di Superdome, New Orleans, 15 September 1978 (Foto: dok).

Dia mengatakan sebagian orang menganggap Ali sebagai pahlawan karena berani menentang pemerintah Amerika Serikat dan mengecam perang di Vietnam, dan sebagian lainnya menilainya sebagai pengkhianat karena menolak mengikuti wajib militer Amerika Serikat. Terlepas dari itu semua, Lewis mengatakan, dokumenternya menunjukkan semangat Ali yang luar biasa.

"I Am Ali" tidak bercerita banyak tentang pernikahannya yang gagal atau perempuan-perempuan di sekelilingnya, tetapi menyoroti kedekatannya dengan anak-anaknya. Dokumenter Lewis memperlihatkan karisma Ali sebagai atlet, pemimpin, simbol kekuatan bagi warga Afrika Amerika serta sebagai sosok yang humoris.

Ali berlaga di arena tinju untuk terakhir kalinya pada tahun 1981, dan dia dinyatakan mengidap Parkinson tiga tahun kemudian.

Perlawanannya terhadap penyakit yang melumpuhkan itu diperlihatkan pada tahun 1996, ketika dia menyalakan api Olimpiade di Atlanta. Dan dokumenter Clare Lewis, "I Am Ali", menunjukkan bahwa Muhammad Ali tetap merupakan ikon yang membanggakan di mata teman-teman, lawan-lawan dan terutama anak-anaknya.

XS
SM
MD
LG