Tautan-tautan Akses

Filipina Macan Baru Ekonomi Asia?


Deretan gedung kondominium di belakang perumahan kelas menengah distrik Mandaluyong, Metro Manila, Filipina. (Photo: Reuters)
Deretan gedung kondominium di belakang perumahan kelas menengah distrik Mandaluyong, Metro Manila, Filipina. (Photo: Reuters)

Serangkaian kebijakan terkait anggaran dan penegakan hukum membuat ekonomi Filipina menguat dan diperkirakan akan terus menanjak.

Ketika Filipina berkomitmen meminjamkan US$1 miliar pada Lembaga Moneter Internasional (IMF) bulan lalu untuk membantu negara-negara Eropa yang terlilit hutang, negara tersebut mempunyai satu hal lagi yang dapat dibanggakan untuk membantu menaikkan citra sebagai pemain baru di dunia keuangan global.

Meski pinjaman itu memancing kontroversi dalam negara yang masih berjuang memberantas kemiskinan, hal tersebut juga menandai tonggak sejarah untuk sebuah negara yang keadaan ekonominya terlihat terus menguat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada Rabu (4/7) minggu lalu, badan pemeringkat Standard and Poor’s menaikkan penilaian kredit untuk Filipina hanya satu level di bawah “investment grade” (layak investasi). Peringkat ini naik dari nilai “positif” pada bulan Mei, atau dua level di bawah “grade” dan satu level di bawah peringkat “grade” dari Fitch satu tahun yang lalu.

Presiden Kamar Dagang Eropa Hubert d’Aboville secara optimis memperkirakan bahwa Filipina akan mencapai level layak investasi tahun depan. “Anda akan melihat pergerakan menuju Filipina karena negara itu layak investasi, yang paralel dengan stabilitas,” ujarnya.

Mempertahankan tingkat layak investasi berarti bahwa negara berkembang seperti Filipina akan mendapat akses ke pasar obligasi internasional. Hal ini juga menunjukkan stabilitas kepada perusahaan-perusahaan yang berniat relokasi ke sini. D’Aboville mengatakan bahwa peringkat layak investasi akan menenangkan keraguan investor yang menyebutkan bahwa korupsi merupakan hambatan terbesar.

Menteri Keuangan Filipina, Cesar Purisma, mengatakan bahwa di bawah pemerintahan Presiden Benigno Aquino III, yang bulan ini memperingati dua tahun masa pemerintahan, ada dua hal yang membantu mengatasi korupsi dan meningkatkan pendapatan negara. Pertama, pemerintah mengambil tindakan keras bagi para penyelundup dan pengemplang pajak setiap minggunya. Kedua, negara beralih pada kebijakan anggaran nol (zero-based budgeting), yang seharusnya dapat mengurangi kesempatan penggelapan karena anggaran direncanakan hanya untuk periode di mana ia akan digunakan.

”Hasilnya, pendapatan negara tahunan (year on year) untuk 2010 sampai 2011 merupakan yang tertinggi selama lebih dari 10 tahun tanpa ada pajak baru atau penjualan aset,” tegas Purisima. “Dan kami terus melanjutkan [kebijakan ini].”

Purisima menambahkan bahwa pemerintah telah mengumpulkan pendapatan sekitar $180 juta, atau kurang dari 1 persen jumlah Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, cadangan mata uang asing di bank sentral mencapai $76 miliar, yang membuatnya mampu menginvestasikan $1 miliar untuk jaminan IMF.

Upaya-upaya ini, dan upaya lainnya, telah menarik perhatian badan pemeringkat kredit. Selain itu, para analis ekonomi telah mencatat hari-hari dengan rekor dalam pasar saham tahun ini, selain indikator-indikator lainnya.

Ekonom dari Hong Kong and Shanghai Banking Corporation, Trinh Nguyen, mengatakan Filipina telah memosisikan dirinya melawan bahaya potensial seperti ekspor yang rendah dalam periode delapan bulan tahun lalu.

“Pemerintah meningkatkan pengeluaran untuk mengimbangi permintaan eksternal yang menurun,” kata Nguyen.

Pengeluaran pemerintah Filipina untuk proyek-proyek infrastruktur mendorong pertumbuhan 6,4 persen dalam kuartal pertama tahun ini, atau pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi di Asia setelah Cina selama periode tersebut. Nguyen mengatakan bahwa proyek infrastruktur yang besar harus mendapatkan dorongan dengan proyek-proyek antara pemerintah dan pihak swasta. Namun hal tersebut berkembang cukup lambat.

Pemerintahan Presiden Benigno Aquino III giat mengejar penyelundup dan pengemplang pajak. (Photo: Reuters)
Pemerintahan Presiden Benigno Aquino III giat mengejar penyelundup dan pengemplang pajak. (Photo: Reuters)
Sementara Filipina menargetkan ekonomi yang lebih gemilang, kekuatan-kekuatan ekonomi besar seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Uni Eropa terus terpuruk dalam krisis keuangan. Purisima mengatakan bahwa situasi ini memberi peluang bagi Filipina karena dalam waktu sulit biasanya perusahaan melakukan perampingan.

“Salah satu cara yang terbukti efektif untuk membuat perusahaan-perusahaan lebih efisien adalah mengurangi biaya-biaya ‘kamar belakang’ [backroom] dan melakukan outsource ke negara-negara seperti Filipina,” ujarnya.

Purisima menjelaskan bahwa pusat pelayanan [call center] dan sistem dukungan berdasarkan pengetahuan untuk industri jasa tumbuh 25 persen setiap tahun, dan mendatangkan $11 miliar tahun lalu. Menurutnya, pariwisata dan perdagangan merupakan wilayah-wilayah di mana Filipina mampu lebih agresif.

Menteri Perdagangan dan Industri Gregory Domingo mengatakan bahwa di luar Jerman, negara-negara Uni Eropa bukanlah mitra perdagangan seaktif AS. Di wilayah Asia, Tiongkok juga bukan investor yang besar di Filipina. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan Filipina berinvestasi hampir empat kali lipat lebih tinggi di Tiongkok. Namun Domingo berujar bahwa lembaganya bekerja keras untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung.

“Tim kami yang menangani investor yang datang tidak pernah sesibuk ini. Tahun ini adalah tahun tersibuk yang pernah saya ingat. Kami terus kedatangan rombongan investor dari negara-negara yang berbeda,” kata Domingo.

Namun kunjungan para investor asing potensial tersebut tidak otomatis mendatangkan komitmen. Tahun lalu, investasi langsung asing mencapai sekitar $1 miliar. Nguyen menyebutnya “sangat rendah” dibandingkan dengan Vietnam, yang menarik investasi $11 miliar atau $13 miliar yang datang ke Indonesia. “Atmosfer bisnis di Filipina agak ketinggalan jika dilihat dari ukurannya,” ujarnya.

Laporan “Doing Business” yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa Filipina menduduki posisi ketiga dari bawah di antara negara-negara lain di Asia Timur dan Pasifik untuk kebanyakan kategori, misalnya kemudahan melakukan bisnis dan pembayaran pajak.

Meski Hubert d’Aboville dari Kamar Dagang Eropa menyukai ke mana Filipina mengarah, ia mengatakan bahwa perlu ada kesinambungan dari sekedar mendapat perhatian investor langsung asing. Hal ini termasuk mengubah regulasi terbelakang yang mewajibkan semua bisnis di Filipina untuk dimiliki warga negara sebanyak 60 persen, dan tidak lebih dari 40 persen dimiliki warga asing.

“Anda tidak dapat menginvestasikan ratusan juta dollar di suatu tempat jika Anda tidak dapat mengontrol investasi Anda,” ujar D’Aboville.

Para investor asing akan lebih tenang jika statute yang disebut hukum 60-40 tersebut berubah. Saat ini, bank-bank lokal memberikan pinjaman dengan likuiditas lebih kuat pada pemain domestic. Hasilnya, Kementerian Perdagangan dan Industri mencatat investasi lokal mencapai 50 persen dan 30 persen dari investor asing.

Recommended

XS
SM
MD
LG