Tautan-tautan Akses

Filipina Akan Beli 2 Kapal Perang Baru Korsel $556 Juta


Kelompok musik militer Filipina tampil dalam acara penyambutan Angkatan Laut Selandia Baru di Metro Manila, Filipina, pada 4 April 2017. (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Kelompok musik militer Filipina tampil dalam acara penyambutan Angkatan Laut Selandia Baru di Metro Manila, Filipina, pada 4 April 2017. (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)

Filipina telah memesan dua kapal perang baru dari Hyundai Heavy Industries, Korea Selatan, kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana pada Selasa (28/12). Ia mengatakan, pembelian tersebut bertujuan untuk memodernisasi angkatan laut negara itu menyusul perselisihan yang meningkat dengan Beijing di wilayah Laut Cina Selatan.

Persenjataan Angkatan Laut Filipina terbilang memprihatinkan dalam beberapa puluh tahun terakhir. Negara itu bahkan masih mengoperasikan kapal perang AS dari Perang Dunia II. Program modernisasi angkatan laut baru dimulai pada 2010, ketika pendahulu Presiden Rodrigo Duterte, Benigno Aquino, berkuasa. Sayangnya, modernisasi itu terbilang sederhana.

Kesepakatan bernilai $556 juta dengan raksasa pembuat kapal asal Korea Selatan terwujud lima tahun setelah perusahaan itu juga memenangkan kontrak untuk membuat dua kapal fregat baru untuk Angkatan Laut Filipina.

Korvet dan fregat merupakan kapal perang kecil namun dapat bergerak dengan cepat. Kedua jenis kapal ini terutama digunakan untuk melindungi kapal-kapal lain dari serangan.

“Proyek ini akan memberi Angkatan Laut Filipina dua korvet modern yang mampu melakukan misi anti-kapal, anti-kapal selam dan anti-perang udara,” kata Lorenzana dalam pidatonya pada upacara penandatanganan kesepakatan itu di Manila.

Manila telah memperoleh dua bekas kapal penjaga Pantai AS, tiga kapal pendarat dari Australia, dan beberapa kapal patroli penjaga pantai dari Jepang, dalam upaya untuk meningkatkan kehadirannya di Laut Cina Selatan, di mana negara itu menghadapi perselisihan dengan Beijing.

China mengklaim hampir semua jalur perdagangan di laut itu sebagai miliknya. Klaim Beijing ini bertentangan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Jalur-jalur di Laut Cina Selatan konon dilalui perdagangan bernilai triliunan dolar setiap tahunnya.

China mengabaikan putusan Pengadilan Arbitrase di Den Haag pada 2016 yang menyatakan klaim historis Beijing atas laut itu tidak berdasar. [ab/ka]

Recommended

XS
SM
MD
LG