Tautan-tautan Akses

FBI Kecam China karena Jadikan Infrastruktur Penting “Target” dalam Operasi Siber


Direktur FBI Christopher Wray memberikan kesaksian di hadapan anggota Kongres AS di Gedung Capitol, pada 11 April 2024. (Foto: Reuters/Michael A. McCoy)
Direktur FBI Christopher Wray memberikan kesaksian di hadapan anggota Kongres AS di Gedung Capitol, pada 11 April 2024. (Foto: Reuters/Michael A. McCoy)

Upaya para peretas terkait China untuk menyusup ke dalam sistem komputer dan jaringan yang mengoperasikan sektor-sektor utama perekonomian Amerika Serikat – hanya untuk menunggu kesempatan menyerang – tampaknya sudah berjalan sebelum operasi siber China yang memicu peringatan dari para pejabat AS pada awal tahun ini.

Direktur Biro Penyidik Federal (FBI) Christopher Wray pada Kamis (18/4) mengatakan upaya pemerintah China dalam menembus infrastruktur penting AS untuk menyiapkan kemungkinan serangan siber sudah ada sejak lebih dari satu dekade lalu.

“Peretas yang disponsori China telah bersiap terhadap potensi terjadinya serangan siber di perusahaan minyak dan gas alam Amerika pada tahun 2011,” ujar Wray saat berbicara dalam konferensi keamanan di Universitas Vanderbilt, di Nashville, Tennessee.

“Para peretas ini membutuhkan waktu 15 menit untuk mencuri data terkait sistem kontrol dan pemantauan, dengan mengabaikan informasi terkait keuangan dan bisnis. Ini menunjukkan tujuan mereka bahkan lebih jahat dibanding mencuri keuntungan secara ekonomi,” tambahnya.

Bahaya “Volt Typhoon”

Sejumlah lembaga Amerika Serikat, dipimpin oleh FBI dan Dewan Keamanan Infrastruktur dan Keamanan di Dunia Maya (CISA) pada bulan Februari lalu memperingatkan bahwa sejumlah peretas yang terkait kelompok di China yang dikenal sebagai “Volt Typhoon” telah bersembunyi di dalam sejumlah sistem dan jaringan penting selama sedikitnya lima tahun.

Ketika itu, direktur CISA mengatakan penetrasi China pada sistem-sistem utama yang terkait dengan sektor komunikasi, energi, air dan limbah, serta transportasi Amerika Serikat “tampaknya merupakan puncak gunung es.”

Tetapi Wray pada hari Kamis menegaskan bahwa upaya-upaya China untuk meretas sistem itu dan bersembunyi sambil menunggu waktu yang tepat untuk menyerang merupakan bagian dari strategi jangka panjang China.

"RRC [Republik Rakyat China] telah menegaskan bahwa mereka menganggap setiap sektor yang membuat masyarakat kita berjalan merupakan ‘target’ dalam upaya mendominasi di panggung dunia," katanya. "Rencananya adalah melakukan serangan skala rendah terhadap infrastruktur sipil untuk mencoba menimbulkan kepanikan dan mematahkan keinginan Amerika untuk melawan."

Bantahan China

Pejabat-pejabat pemerintah China belum menanggapi secara langsung tuduhan terbaru itu, dan sebaliknya merujuk pada pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada 15 April lalu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menyangkal adanya hubungan antara China dan Volt Typhoon, dengan mengatakan kelompok yang sering menyampaikan ancaman di dunia maya itu “tidak disponsori oleh negara atau kawasan mana pun.”

Juru bicara itu juga menuding badan-badan intelijen dan keamanan di dunia maya Amerika Serikat menyebarluaskan informasi palsu tentang kegiatan China di dunia maya “guna memperoleh lebih banyak anggaran dari Kongres dan kontrak dari pemerintah.”

Namun pernyataan Wray itu hanya berselang satu hari setelah seorang pejabat tinggi Amerika di bidang siber mengecam perilaku China di dunia maya ketika berbicara di konferensi yang sama.

“RRC terlibat dalam kampanye yang memang disengaja untuk menantang Amerika dan sekutu kami secara teknologi, yang jelas menempatkan sistem kritis dan infrastruktur nasional kami dalam risiko,” ungkap Jenderal Timothy Haugh, Kepala Badan Keamanan Nasional dan yang juga mengepalai Komando Siber AS.

Haugh sangat kritis terhadap tindakan yang diambil oleh Volt Typhoon, menyebutnya sebagai "contoh bagaimana China melakukan pendekatan untuk membangun akses guna menempatkan sesuatu di bawah ancaman."

"Tidak ada alasan intelijen yang valid untuk melihat instalasi pengolahan air dari perspektif siber," katanya seraya menambahkan China "mengirimkan sinyal yang cukup keras tentang bagaimana mereka berniat menggunakan dunia maya dalam sebuah krisis. Kita harus mendengarkannya."

Penilaian ancaman yang diterbitkan minggu lalu oleh Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) juga menyimpulkan bahwa China menggunakan kemampuan dunia maya "untuk meletakkan dasar bagi aktivitas dunia maya yang berbahaya dan serangan dunia maya."

Laporan DIA juga menyatakan bahwa militer China "telah menyerukan penggunaan ruang angkasa, operasi siber, dan perang elektronik sebagai senjata untuk melumpuhkan sistem informasi musuh selama konflik." [em/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG